Tuesday, February 21, 2006

Atas Nama Hasrat

Semua berasal dari satu gerakan
Semua berawal dari gerak sel abu-abu
Sewujud nyawa terbentuk dari entah apa
Janin ketulusan dalam ketuban tubuh mortal

Adalah satu masa yang mengajarinya waktu
Adalah tubuh yang mengajarinya peluh
Merubah wujud menjadi harapan angkuh
Meronta berlebih atas nama hasrat
Mengais kepuasan menamakan ke a ba di an

Tidak adakah yg melihat?
Betapa ketulusan bisa menjadi teramat konyol

(San Doeru A-203, 21 Februari 2006)

Tuesday, February 14, 2006

I love you, Mom

“Kamu itu dari kecil memang seperti itu,” matanya nggak lepas dari gabungan bumbu-bumbu yg sedari tadi digerus dengan coet dan mutu yg terbuat dari batu, “Ngelamun, ngurung di kamar, kamu jarang cerita ke siapa pun di rumah ini setiap kali punya masalah. Kamu masih inget waktu SMP dulu? butuh tanda tangan ayahmu untuk kompensasi skorsing karena perkelahian sekolah. Kamu nggak cerita, kamu ngelamun semaleman, untung guru mu nelpon ke sini. Tolong garamnya … Atau kamu masih inget waktu kecil dulu, ayahmu ngehadiahin sandal kulit merek apa itu dulu, Bata? terus dalam sehari hilang karena kamu lupa mengenakannya sehabis main bola di pekarangan Haji Somad yg sekarang rubah jadi kontrakan pegawe pabrik itu. Kamu ngelamun, kamu ngurung di kamar, kamu nggak cerita kalau sandal kulit itu sudah hilang. Apa juga yg kamu takutin dari ayahmu untuk ngomong sandal kulit itu hilang … Bumbunya sudah siap.” Saya bantu ibu berdiri dari posisinya “Terus, jangan lupa masukkan pala kalau suatu waktu kangen makan masakan seperti ini di Jepang sana. Di sana ada pala?” Saya menggeleng dan tersenyum. “Liat badan mu, saiki wis guede melebihi badan ayahmu, udah jadi wong pinter dengan titel yg mamah sendiri ora ngerti opo, tapi kamu masih saja seperti dulu, ngak mau cerita. Ayahmu memang keras, nak, tapi bukan berarti nggak bisa ngerti.”

I love you, Mom