Thursday, November 17, 2005

Buat Siti Sopiah

Siti Sopiah,

Apa kabar? sudah lama nggak dengar kabar mu. Biasanya sekali-dua-kali aku dapet info tentang kamu dari Asep, teman sekampung kita. Tapi semenjak Asep hijrah ke Yamen enam tahun yg lalu, sampai sekarang dia nggak pernah lagi ngimel. Mungkin sibuk yah? Kerja di kilang minyak tea, apal meureun. Karena aku nggak ngerti alamat imel kamu, aku posting di blog saja. Sengaja nama kamu aku tulis lengkap. Dengan harapan suatu hari kamu nyari nama sendiri via Google, bisa nemuin blog ini. Atau mungkin suami kamu yg nyari nama istrinya, kalau kamu sudah bersuami? Atau pacar kamu, saya mah yakin kamu pasti banyak yg suka.

Aku sudah coba ngirim kartu pos ke alamat dulu. Sepertinya tidak sampai, karena nggak ada balasan. Aku juga pernah nanya ke penerangan, dengan harapan alamat kamu sudah ada teleponnya. Iya ada, tapi yg nerima telepon bicara gini, "Warnet Koneng, ada yg bisa dibantu, anak muda?" Pada awalnya aku berpikiran, warung kamu dirubah jadi warnet, meski sedikit aneh karena yg nerima telepon logatnya batak. Setelah aku bicara panjang lebar dengan Pak Marpaung, itu nama yg nerima telepon. Dia baru lima bulan pindah ke alamat yg bersangkutan untuk kemudian merombaknya jadi warnet. Setelah aku tanya kemana penghuni yg dulu pindah, dia jawab Jakarta dengan alamat bla bla bla. Sayangnya, ketika dia nyebut nama penghuni sebelumnya, kok Pasaribu? Batak lagi? kamu kan asli Sunda. Aku coba juga hubungi Pasaribu, berdasar informasi Pak Marpaung, dengan harapan bisa nelusuri alamat baru kamu dari dia, ternyata Pasaribu sendiri sudah pindah ke Papua.

Aku juga pernah ngirim surat pembaca di koran Mang Ohle. Aku tulis, mencari Siti Sopiah dengan identitas bla bla bla, silahkan hubungi nomer telepon sekian. Mungkin beberapa pembaca wanita menganggap itu iklan lowongan-kerja-terselubung, karena seminggu setelah itu aku diberondong telepon wanita-wanita yg siap dijadikan apa saja. Akhirnya aku kewalahan dan ganti nomer telepon.

Entah kenapa aku keingetan kamu di hari minggu kemarin. Keingetan, kamu sengaja datang ke rumah ku bawa ketupat bikinan Teteh sepulang sholat Ied. "Supaya sama-sama ngerasain suasana lebaran," itu kata kamu. Selama beberapa kali lebaran seperti itu, jujur saja, aku jadi kebiasaan nunggu di belakang pintu. Pernah suatu lebaran, aku nunggu hampir satu jam. Mamih ngajak sarapan, "Nggak, aku nunggu ketupat," begitu jawaban ku. Papih ngajak sarapan "Nggak, aku nunggu ketupat," begitu juga jawaban ku. Aku lupa ternyata waktu itu kamu dan keluarga milih sholat Ied di alun-alun (baca: bukan di terminal seperti biasanya). Itu tidak lain karena Ustad Hidir yg terkenal itu jadi khotib di alun-alun.

Sampai sini dulu yah, Siti. Semoga suatu hari nanti, aku masih bisa ngerasain kamu datang ke tempat ku, bawa ketupat lebaran. Lah, iki sopo yg berlebaran hehehe

Selamat lebaran dari Tsukuba