Saturday, February 28, 2004

Cerita sekitar tanda tangan dan ngantuk

Di sini (Jpn red.), ternyata ada juga titip2an absen saat kuliah. Bedanya di indo, agak sulit untuk meniru tanda tangan seseorang. Terlebih bilamana tanda tangannya tidak sesuai nama, tak beraturan tak tentu arah, karep mu ndewe kalo bhs jowo-nya. Termasuk aku, tandatangan sama sekali tidak mengikuti aturan huruf g a n d a. Well, whatever it is, nasi sudah menjadi bubur, sudah terlalu banyak dokumen penting dgn tanda tangan menyerupai kapal selam tsb. Nah di sini, seandainya dimintai tanda tangan, tinggal tulis kanji dr nama yg bersangkutan. Tapi, tanda tangan ini tidak berlaku untuk dokumen2 penting, misalnya buku bank. Untuk dokumen2 penting, penduduk sini menggunakan hanko (baca: stempel pribadi) yg berwarna merah.

Kembali ke titip2an absen kuliah. Di sini, mungkin karena mudahnya menirukan kanji, titip2an absen banyak juga dilakukan oleh mahasiswa. Aku jadi inget jaman kuliah di Bandung. Prof. P***o mulai bercerita,
"Saya pernah mencoba mengendarai Jeep di tanah berlumpur tanpa memposisikan four wheel drive ..."
ya ya ya perasaan selama beberapa kali kuliah, pengalamannya itu lagi itu lagi. Nggak perlu diterusin, sudah tau jawabannya, Jeep kepat kepot, untung nggak masuk jurang.
"Jeep lari ke kiri dan ke kanan. Saya beruntung tidak masuk jurang."
Tuh kan! pasti begitu lagi begitu lagi. Anak2 kecewa, kembali menguap.

Mata kuliah ini, waktunya memang agak tidak tepat. Jam 3.oo WIB, waktu yg paling enak utk tidur siang, terlebih sehari sebelumnya begadang mengerjakan laporan perpetaan. Oleh karenanya, kadang aku nitip absen seandainya kantuk tak tertahankan.
"Bud, aku nitip absen yah?", mau dong lawong laporan perpetaan aku yg mengerjakan (satu kelompok red.)
"Tanda tangannya gimana Gan'?"
Aku ajari Budi meniru tanda tangan kapal selam ku. Wuah jagoan nih anak, dalam sekejap tanda tangan ku bisa ditiru. Kadang aku absenin juga Budi seandainya dia tidak bisa masuk kuliah. Saling tanda tangan dan menandatangani selama beberapa kali pertemuan. Simbiosis mutualisme!

Waktu berlalu, kuliah Prof. P***o belum juga berakhir selama satu semester. Masih tetap bosan dgn rasa kantuk tak tertahankan. Kembali lagi aku dengar cerita itu,
"Saya pernah mencoba mengendarai Jeep di tanah berlumpur tanpa memposisikan four wheel drive ..."
Yailah, Jeep lagi Jeep lagi! Masih ngantuk masih ngantuk, "cari cerita lain napa Prof.?" Nah, sekitar setengah jam berlalu, sheet absen sampai di tangan. Kondisi mata 5 watt, ambil ballpoint, cari NIM, lanjut ke kolom nama, terus ke kolom tanda tangan, terkejut, "hmmm kolom ku kok sudah ada yg tanda tangan yah?" Lirik depan kiri kanan belakang, Si Budi dengan posisi merunduk, senyum manis, tanpa perasaan berdosa melambaikan tangan setinggi dada (posisi sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dosen red.). "buset deh nih anak, nggak ada kerjaan!" Tring, muncul ide, aku cari anak2 yg ngantuk, terus aku tanda tangani kolom mereka dgn tanda tangan ku sendiri (kapal selam red.). Bilamana sheet absen sampai di tangan mereka, dan mereka mulai melirik depan kiri kanan belakang, dan menemukan seseorang yg namanya g a n d a. Aku sudah siap dgn posisi senyum, merunduk, melambai-lambaikan Tiff-Ex,"Perrrr Luuuu Tifffff Exxxx Yahhhh?" *tak bersuara, hanya gerakan mulut* lumayan nggak ngantuk lagi.

Tuesday, February 24, 2004

It was fun, though

Yesterday night we had dinner at vivi's apartment as she just moved to new apartment. Kalo di indo, biasanya hajatan bikin nasi kuning. Di sini, cukup dengan makan2 seadanya sebagai ungkapan terima kasih, semoga tempat baru bisa bawa rejeki, nyaman ditempati, nggak ada yg nyuri lingerie, semua yg baik2 semoga hadir di tempat baru.

Urusan makan permakanan, para bujang2 lokal dan tulen lah yg paling semangat. Harap dimaklumi karena jarang2 masak, bosen kan kalo beli makanan di hokka hokka tei melulu. Karage lagi karage lagi. Terlintas di pikiran, bahwa penjaga hokka hokka tei di daerah Harada (tempat tinggal ku red.) udah tau apa yg akan aku pesen sebelum aku ngomong. Pengen rasanya humming bleblapumbumas. Mungkin si penjaga bakalan sedikit bingung, "Ooo wajar org asing", ngangguk2 terus interpretasi kilat, "karage bento hitotsu. yoroshi desuka". Hebat! Kesel, kok tau!? Jadi inget timbel tengku angkasa. Iya di Bandung, yg deket gado-gado ituh. Nasi timbel langganan. Sekali dua kali gara2 aku langganan, biasanya si ibu ngasih porsi lebih plus jeruk anget. Bedanya, di sini (fukuoka red.), nggak ada istilah karena langganan porsi nambah. Meskipun sudah beberapa kali datang, porsi tetep sama: empat potong ayam goreng plus salad dan acar2an ditambah satu kotak nasi, full stop.

Nah, kemarin ada ridho, astrid, bowo, musafar, meta, and five wanita Jepang yg khusus diboyong dari lab pertanian untuk menyemarakan per-dinner-an. Aku sudah hafal wajah wanita2 ini krn lab-nya pernah aku satronin, tapi nama, wuah agak sulit untuk diingat semuanya. Di handphone ku hanya tercatat dua nama saja hehehe. Duduk melingker di karpet yahut, portable gas-fired di tengah. Menarik juga memperhatikan para wanita Jepang ini mempersiapkan dan memasak okonomiyaki ala Osaka dan Hiroshima, serta takoyaki.

It should be this kind of moment is the best time for mingle, to know each other more especially with these Japanese. I do not know why it didn't happen, was that because vivi's apartment which is not so big, or this was the culture. All were busy with their cooking thing. For god sake, would you please just sit-dead for awhile and let me ask you something, "do you have boy friend?" You were going to say that, right 'dho?

Aku jadi inget masa kecil, kemah padang, duduk melingkar, terus memperkenalkan nama masing2, hobinya apa, an so on. It was happen yesterday. Satu per satu bergiliran memperkanalkan nama, kuliah apa, hobinya apa, dan lain2. Kesannya basi-basi tapi itulah yg bisa dibuat untuk menyemarakan suasana. Terus bikin game tebak2an nama hihihi we did that. Well it was fun, though. Next we'll have dinner again at my place. Mudah2an lebih rame dari kemarin. 'trid, lo siapin makanan yg pedes asli pedes supaya mereka bener2 duduk diem sambil suhah suhah.

Sunday, February 22, 2004

Gusti, dosa apa aku?

Empat kali aku jatuh dari sepeda motor. Sebabnya macem2. Yg pertama krn ngebut. Yg kedua krn kurang tidur. Yg ketiga krn ada sepeda yg nyebrang mendadak. Yg keempat krn mobil yg mendadak belok. Dari kesemuanya, yg teringat, beberapa detik menyadari bahwa motor tidak bisa dikendalikan, aku hanya bisa pasrah, "whatever would be? terjadilah!" Bak buk bak buk srettt. Saat kejadian nggak ada rasa nyeri. Tapi setelah mengetahui lengan kiri dan kanan baret2, kaki nggak bisa digerakin, mulai deh meringis, lempar helm, "dosa apa aku sama mama?" Memang sedih lihat motor hancur, tapi yg penting kan nyawa nggak melayang. Yg paling seru, saat nabrak mobil yg mendadak belok red. Speechless, krn yg aku tabrak BMW seri 7 yg ternyata didalemnya ada Angelique Wijaya. I dreamt that would end like Si Doel and Sarah. "wake up, si Doel kan hanya sinetron?" Ya ya ya mudah2an tabrakan selanjutnya bisa ketemu Dian Sastro hehehe. Untuk menyegarkan ingatan, ada cuplikan Si Doel Anak Sekolahan di sini dan soundtrack-nya di sini.

My point is, untuk setiap kecelakaan tersebut, aku merasa bahwa diri ku sedang ditegur oleh Tuhan, olehkarenanya selalu nyebut, "Gusti, dosa apa aku sama mama?" Padahal, mungkin dosanya bukan ke ibunda. Kemarin malam, aku mimpi dimana ada ibunda di dalamnya. Nggak biasanya aku tergugah oleh mimpi. Mungkin karena pikiran ku yg sedang kalut, atau memang aku sedang ditegur untuk sering2 nelpon keluarga. She's fine as I called my sister. Thanks God.

Now, lagi2 pikiran ku kalut. Aku telpon seorang teman di Bandung. "'nda, ada baiknya loe meditasi dulu". Hmmm semakin banyak meditasi, pikiran ku semakin butek, iyah selama masalah ini masih menggantung. I hope it's gona be over soon. Then aku bisa terbang lagi, terbang lincah seperti burung2 cemara yg aku pandangi pagi ini di jembatan.

Friday, February 20, 2004

Definitely we don't see eye to eye, but ...

Definitely we don't see eye to eye. But for sure I know from where and which machine you're running now. My ten messages will randomly appear, and I do not know which one is yours as you read this. Hopefully what you see exactly match with what I was going to say to you ... yea you who else?



Two days in a row I just finished my Japanese tests; oral and written. One hour from now, my result should be informed. I'll ride to see the board soon. Have a nice weekend guys!

Have fun go mad, do what I say
Have fun go mad, du du badi du
Have fun go mad, a- come on
Have fun living in the city

Monday, February 16, 2004

Chubby and sexy, but something wrong with her stocking

I didn't think Love Actually was what I hoped for. I expected it to be better than what it was. I was quite looking forward to it as I enjoyed Notting Hill and Bridget Jones's Diary. Too many stories! What was the movie left me. Nothing, nothing to say, except the hard-spoken love and I think that's the way it is every time when the feeling comes. But I am curious want to see Emma Thompson's movie. I saw something different with her momly-character-face. No not the chubby one (Hugh Grant prime minister's late-spoken love red.) ... my opinion of the best chubby character still drops to Drew Barrymore.

After watching Love Actually and having dinner at Lock Up, live a life little 'til morning at Broadway. I met Canadian's couple. The girl looked gorgeous; chubby and sexy. Wait wait wait ... what was that, I saw one big hole at the upper part of her black stocking. I'm just wondering if it happens to my partner's stocking. Were we going to leave the party soon or stay there and let the eyes look at it for three hours? I hope it won't happen anyway.

Friday, February 13, 2004

to whom am I going to say happy valentine this year?



Above is sonofabitch picture taken at saung abah. Happy valentine guys! Hehehe I'm sure you'll say, "Geee what's up with you? Save yr words for others." Yea we don't celebrate valentine but they all deserve the words indeed. Foto di atas hanya ada 5(lima) orang, sebenernya kita bertujuh. Yg satu berhalangan hadir dan satu lg ngambil foto. Nggak ada tuker2an darah. Nggak ada tuker2an cincin. Our friendship mengalir begitu saja dalam susah dan senang.

Our friendship started when we were highschool at jalan Dago. Kelas 2(dua) kita sekelas. Enam(6) org duduk di barisan paling belakang. Satu org duduk di barisan kedua dr belakang. Posisi bek kiri diisi oleh Willy dan Haris. Bek kanan diisi oleh Aku dan Roy. Tito dan Winner bertugas sebagai stopper. Oboy mengisi sayap kanan. God, I miss my high school times. Line up statistic-nya sebagai berikut:

Tito, the leader, bassist Gragaz yg awal2nya beraliran musik Ramones dan Sex Pistols. Pernah manggung bareng Jamrud dulu sebelum terkenal. Omnivora langka yg pernah mempopulerkan sepatu katak dan gaya sixties playboy jaman dulu dengan sepatu putih-hitam merek Bally. Kamarnya di bilangan Dago seperti kapal perang, maklum jadi markas paling strategis. Supir handal yg bisa nyetir berjam2 dan entah kenapa selalu membawa kita ke tempat menarik. Jangan harap bisa bentak bapa satu ini, bisa2 dimakan. Warning: Don't wake him up. Status: Married to Tanti. Occupation: IT at one national bank.

Winner, the priest, vokalis handal dgn muatan musik di kepala yg nggak ada duanya. Dari Trash, Reggae sampai Acapella pernah dijabanin. Kalo ada panggung musik, terus namanya nggak ada di list, jangan harap acaranya bisa aman. Anak ini bak Al Capone. Celana abu sma cutbray robek sampai ke aurat. That's my brother Winner, nggak pernah kehilangan jati diri (baca: always exist). Biang onar sma tahu era 91/94. Now he's the great philosopher among us. Status: In relationship. Occupation: Lawyer, Air Talent and Priest.

Willy, the doctor, paling suka ngeludah. Hobinya pake bandana dan ransel gede. Nggak naik gunung nggak ke kota, gayanya tetep sama: bandana plus ransel. Donatur paling besar untuk setiap perguyuban. Rumahnya jadi markas no.2, paling cocok untuk curhat2an, sunyi sepi dgn servis memuaskan dari sang bibi. Mau tidur nyaman, rumah anak inilah yg jd pilihan. Status: Married to Lia. Occupation: Neurosurgery Specialist.

Oboy, the handyman, paling handy diantara kita. Suatu ketika, kita cross country ke Arjasari, pulangnya mobil kotor nggak karuan. Sebelum sunrise kita berlima pulang ke peraduan masing2 tanpa inget cuci mobil. Besoknya, dia kirim surat kaleng isinya sbb: "lamun geus ulin tong ngaleor beul! (baca: kalo udah main jgn langsung balik jangkrik!)." Mau nangis nggak tega, mau ketawa nggak tega juga. Jadilah kalimat ini melekat sebagai slogan Oboy. Status: In relationship. Occupation: Sailor.

Haris, the handsome, satu2nya yg pake kacamata. Anak kolong yg bilamana sudah ngomongin orang, pedesnya minta ampun. Jangan harap bisa menang kalo debat sama anak ini krn statusnya yg tanpa cacat. Liburan dihabiskan untuk masuk pesantren. Selalu didaulat sebagai pemimpin doa pada acara2 resmi. Suaranya paling melengking, selalu didaulat ngisi vokal tenor. He got two bachelor degrees at the same time: SH and Mechanical Engineer. Status: Single. Occupation: Engineer of heavy equipment.

Roy, anak melayu, yg terkenal dgn jaket jeans belel-nya. Sobeknya sudah nggak karuan, tetep dipake! Didaulat sebagai manusia dgn pemikiran paling njelimet. Arahnya sama tapi belok2 dulu. Nggak salah milih jalur hukum! He's good listener, good adviser and mr clean. Jgn lupa cuci kaki kalo mau masuk kost-annya. Jgn lupa bawa rokok kalo masuk kost-annya. One of those open minded persons. Status: Single. Occupation: Law Firm.

Me. No comment. Let them write my testimonial. Thanks for the friendship. I'm proud being one of yr friends. Now I'm listening the end of the road. Our song!

In Fukuoka, I'm happy having Monica here. Thanks for the friendship; for the ears to hear my voice always; eyes to read my messages; mouth for valuable discussion; hands that kindly reply my messages; foot, so we may hang out exploring this lovely city. Happy valentine! See you soon for the premier of Love Actually and Lord of the Rings.

Tuesday, February 10, 2004

Kebaya, Batik dan Karakter Anak Bangsa

Lihat foto ini. Yes seperti itulah wanita Indonesia paling cocok berpakaian. Paling cocok untuk kulit sawo matang, wajah melayu dan kemayu malu-malu mau. Setahun yg lalu, temen ku anak Iran memboyong ibunya berkunjung ke Fukuoka. Aku manggil ibu ini mamih. Iya mamih (tulis: mommy), dgn penambahan ha. Pernah lihat pakaian ala timur tengah? Long dress serba hitam dengan jilbab warna hitam. Alis tebal, tinggi, tersirat jelas sosok wanita timur tengah dr mamih ini. She has character, I like it! Since I like watching people, aku berpikiran bahwa jubah hitam lah yg mendukung munculnya karakter timur tengah dari mamih.

Nah terus aku telpon deh temen se-dorm sebangsa dan setanah air. Diskusi deh, "Seandainya nyokap aku bawa ke sini, apakah temen2 bisa melihat karakter Indonesia ku tercinta from my mom?". Asli aku berpikiran bahwa kita, manusia Indonesia sulit memunculkan karakter dgn pakaian biasa2 saja. Aku nggak mau itu terjadi. Bila perlu, nyokap musti dibeliin dulu kebaya sebanyak-banyaknya. Jadi, bilamana temen2 se-dorm melihat nyokap ku berjalan tanpa didampingi anaknya, dari ato mengarah ke kamar I705 di Ryuugakusei Kaikan, bakalan bisa nebak, "Ooo guys look Indonesian lady, ganda's mother maybe." Meskipin ada maybe-nya, paling tidak ada karakter yg main di situ. Nilai tambah! Bangga gue jd anak bangsa. Contoh! Itu hanya permisalan!

Pertanyaannya, "Apa nyokap gue mau?". Di negeri sendiri saja, kebaya dipake kalo ke undangan. Halooo Poppy Dharsono, Hallo Samuel Wattimena, Oscar Lawalata, Ramli and friends. Are you there? Kemana saja para designer kita mengarah? Paris? Milan? London? Apa gak bisa merancang kebaya yg nyaman untuk bisa dipake sehari2? dan murah! Malu gak modern? Kenapa musti malu! Kalo malu, mustinya malu juga dong dilahirkan berkulit sawo matang, kecuali untuk menado, papua dan keturunan china.

Ini bukan berarti aku musti berbatik ria kapan dan di mana saja. Don't get me wrong! In my case, aku masih harus menyesuaikan diri. Nggak jessss dong kalo clubbing musti pake batik. Entar disangka abis parade, padahal tujuannya mo gaet cewe. Contoh! Hanya permisalan! Kalo udah tua apalagi yg mau disesuaikan!?

My point is, kebaya dan batik hanyalah sebuah contoh cara berpakaian yg bisa menampakan karakter. Kita tuh terlahir nggak hitam nggak putih, nggak tinggi nggak pendek, nggak cakep nggak jelek2 amat. Duh Gusti (maaf 'de, aku pinjem kata2 mu), beginilah nasib yg serba setengah2. Kenapa nggak negro aja sekalian, of course minus bau badan. Walhasil pd saat berpakean: pake gaun ala paris kesannya agak dipaksakan! Pake pakean santai hasilnya terlalu biasa! (baca: sulit dibedakan antara Malaysia, Philippine, Myanmar, Cambodia?) Apa dong? Yah kebaya dan batik lah yg paling cocok, seperti wanita di foto kiri atas itu. Manis kan?

Sunday, February 08, 2004

We are all shaped by our Experiences

Yesterday I talked with my male-Dutch-friend. Several minutes of dinner conversation, left me that we both connect, maybe because I ever visited his country before. We were talking about Heineken Beer, Asahi Beer, which one is better compare to another. We were talking about Japanese custom. Since I've been living here longer than he has, I'm talking lots within this topic. And so on, 'til this question came:

"What is the typical of Indonesian people are?"

Well, they are polite and friendly, we don't drink beer lots like you are, since we just talked about beer, and what else? Oh yah we, guys, most of us cannot cook except instant noodle. Rarely found in Indonesia, man goes to supermarket or free market to buy daily food. I remember three years ago I was asked by one of my Austrian friend about the most popular food from Indonesia. I couldn't easily answer, since there are many. It depends person by person I said. Indeed my favorite food is ikan teri sambal made by my mom. And I couldn't explain what is teri in English. Poor me, sure he couldn't grab what I was trying to say, small fish? And moreover I didn't know how to make it, before. Not now, I know how it was made, I got hints from my mom already. Even I couldn't prepare it, I mean cook. At least I have ammo to answer simple-related-question of something which I like most in my entirely life.

Let's continue to my answer for the Dutch guy. Polite and friendly. I said we, Indonesian, are polite and friendly since I was facing someone whose totally blank about Indonesia. If he ever visited Indo, I wouldn't say that. Let him said what people in my country are. I grew up in area which in fact is far beyond either generally say polite or freindly. Cicadas, Kebon Kalapa, do you think they are? Sorry to say, my experience said, most of them act polite and friendly by the rule not heartedly. Can we find any other typical of Indonesian people, instead of polite and friendly? Dead Poet Society says think different! do not say William Shakespeare is good because everybody say so.

We are all shaped by our experiences. I was amazed seeing punk-rock-style-man with pierces all over his face inside the tram, and said, "Bitte frau (read: please in Germany)". He stood up and let the old lady had a seat. If it was special seat for old and handicapped person, I wouldn't say he's polite. It was not! Is that polite or just the way it should be?

Carpe Diem!

Friday, February 06, 2004

Few thoughts behind the living single in period 25 to 35 yr old

Five days ago I just received e-mail from a female friend, one of my very close friend indeed, and she's going to be married soon in March. I wasn't surprised at all about the married since this is a proper time for our age. Aku hanya terkejut dgn lelaki pilihannya yg ternyata baru dikenalnya dua bulan lalu. Dua bulan! Padahal empat bulan yg lalu waktu aku pulang kampung, kita sempet ketemuan, dan dia masih cerita lelaki yg putus-nyambung ituh. She has everything in fact: dia punya banyak teman yg bisa diajak hang out and sharing kapan saja She has a good job. She's living in a warmth family. Own house, own car and what else you name it. Well, if it's not because something, maybe I would crush on her as well.

My point is, she's kind of girl of those who may live single ever after. Sebuah figur yg terlintas di kepala, tanpa harus me-refer ke buku ato link hasil pencarian mr. google. Kenapa bukan kamu? I mean my self. Krn aku lelaki tulen, sepertinya nggak pas dijadikan figur living single. Kalo org betawi bilang, "lo kan cowo, masa bodo amat mo hidup sendiri. emang gue pikirin." Bilamana aku memandang permasalahan ini di negera2 bule dgn kumpulan dominasi manusia yg sekuler, aku bisa ngomong living single ever after is a good choice for someone who has everything in a real-life. Sharing? bisa diperoleh dari sebuah pertemanan, malahan lebih baik daripada sebuah hubungan komitmen. Making love? Seseorang bisa memperoleh sex dr pasangan-nya tanpa harus nikah. Since we're living as warga negara yg diharuskan mempunyai sebuah agama, permasalahnnya jd lain. Kita hidup bukan di dunia nyata saja, our next life yg lebih abadi adalah dunia akherat dan have sex di luar nikah tuh nggak bener. hmmm jadi inget AA Gym.

Let's get the topic more specific. My writing's floating now in two worlds: sekuler dan agamais. Sampai kapan pun nggak pernah nyatu kecuali sebuah kata sepakat dan sama2 gondok. Ok sebagai org yg percaya dunia abstrak, let's bring the topic to the living single in period of 25 to 35 with their thoughts. Segelintir pemikiran tentang kenapa kamu belum nikah2, katanya:

"Over usia ideal, justru perempuan semakin mengerti se-ideal apa pasangan yang dia inginkan. itu yang membuat susah. karena saat ini perempuan semakin maju. makin tinggi juga ekspetasi terhadap seseorang yang ideal itu. bahkan, sangat bisa dimengerti jika ada perempuan saat ini yang tidak menginginkan pernikahan sama sekali. mungkin karena standard hidupnya yang terlalu tinggi, melebihi lelaki kebanyakan" (cited from someone's blog on January 6th 2004)

Hallo do I hear the clock is ticking or just an excuse? Kembali lagi ke kerangka manusia yg percaya terbuat dari tanah, apakah sinkron bicara ideal dan non ideal? bukankah manusia diciptakan berpasangan? I hope the one who ever wrote the above message is smiling and wouldn't be angry. Dan satu lagi:

"Soale jaman sekarang wanita umur >25 malah baru mulai merasakan serunya berkarir-sekolah dll kali ya... hehehe... dan kadang kesibukan karir/sekolah itu semacam zat aditif... bikin ketagihan... kalo diberhentiin, bisa sakawww..." (cited from someone's blog on January 5th 2004)

Again hallo, do I hear her clock is ticking or just an excuse from someone yg lagi sibuk ngeracik zat aditif untuk keperluan thesis-nya.

Enough I'm going to bed again now. Barusan tertidur di karpet baru terus terbangunkan cekikik2an di tv. Hmmm jd inget rumah nyokap, biasanya aku tertidur di depan tv di atas karpet merah. Menjelang subuh dimana tv penuh dgn semut2 menyuarakan zzzzz, biasanya aku terbangunkan oleh goyangan dan diikuti suara, "Gan', tidurnya pindah ke kamar sana". Nah skrg yg bangunin cuman tv, mendingan lah daripada hantu *grin*.

Wednesday, February 04, 2004

New Carpet and kalah deh Dalai Lama

Kemarin aku bantuin vivi pindahan ke apartemen baru. Since yesterday there wasn't something so so important to do. I said yes why not, I'll come to yr place. Telpon sana telpon sini berusaha mengumpulkan masa. Nggak baik juga angkat2 barang sendirian selagi masih ada yg bisa diajak exercise menurunkan berat badan. Then astrid and sandy said yes to help vivi as well.

Wow, ibu satu ini, cilik-cilik tapi barangnya segudang. Beberapa bulan lalu, waktu aku pindahan, cukup 2 (dua) rit saja. fyi, rit = bahasa angkot di bandung untuk sekali bolak-balik alias pp. Nah vivi tuh barangnya musti diangkut 3 (tiga) rit! Apakah ini ada hubungannya dgn wanita yg identik suka beli barang tersier (baca: non standard of living things)?. Bolak balik aku nanya setiap nemuin barang aneh, "hmm ini untuk apa vi?", "nah ini juga untuk apa sih?"

Singkat cerita, ternyata karpet yg dulu vivi beli, kebesaran untuk apartemennya sekarang. Mumpung ada mobil nganggur, pergi lah kita ke MrMax, sejenis Ikea, tempat jualan furniture serba ada. Dan aku jadi keingetan beli door curtain for someone di tanah air. Wow ternyata tugas seorang cowo diantara dua wanita belon berakhir, vivi kepingsut beli cabinet rakitan yg lumayan berat. Dengan senang hati karena aku suka rakit merakit, aku rakitin deh cabinet-nya sampe jadi. Di akhir pekerjaan vivi ngomong, "wuah 'nda ma kasih banget, kalo gak ada lo. bisa ribet deh". Aku jawab, "kalo nggak ada gue, lo bisa minta tolong temen cowo yg lain".

My smile point is, sebelum aku pulang, vivi manghadiahkan karpet kebesaran-nya kepada ku dengan harga discount, "terserah lo deh. mo bayar berapa aja boleh". Wow tau dia kalo karpet ku sekarang terlalu tipis dan selalu kusut. Sampai di apartemen dan selesai nge-set karpet baru, aku berpikir "bayar berapa yah?", pikiran melayang pada isi kepala dua individu yg mungkin berbeda tafsir. "kalo aku bayar setengah harga, entar dia nyangka aku bantuin krn pengen karpet. nah kalo aku bayar penuh, lumayan juga euy dapet korting".

Message of this day, aku teringat nasehat orang tua, "kalo kamu berbuat baik. tuluslah berbuat kebaikan nak, jangan pernah mengharapkan timbal balik". Iyah aku nggak kepengen timbal balik, biarlah anak, cucu, cicit yg tidak seberuntung aku sekarang yg menerima timbal balik tersebut. Hmmm kalah deh Dalai Lama. Bayarnya entar yah vi, moga2 lo lupa nagih *grins*.