Thursday, September 16, 2004

Simple thought

Percakapan dgn seseorang membawa kita ke masa remaja. Beruntung memang, bilamana masa remaja pernah diisi oleh yg namanya pacaran. Sebuah perasaan yg isinya lebih dipengaruhi konsep sayang menyayangi ala Hilman dgn novel Lupus-nya. Yg konsepnya teramat sangat sederhana. Di dalamnya nggak ada polemik rumit definisi cinta, nggak ada pemikiran jauh he/she bakalan jadi suami/istri, tetapi lebih kepada bagaimana menjalani perasaan sayang menyayangi dengan happy yey yoo even pake motor bebek sekalipun. Mungkin akibat teramat sederhananya, kadang kita, yg sudah terpengaruh dgn pemikiran tentang kompleksnya sebuah bola dunia, dengan mudahnya menghujat, "ah itu kan cinta monyet, kagak ada ujungnya." Btw, cinta monyet per definisi apa yah?

Padahal, fakta lainnya, kebanyakan cinta remaja dilarang ortu, dan booming-lah istilah "backstreet aja yuk!" Kita pun mulai bertanya-tanya, mengapa pacaran masa remaja selalu diagung2kan sebagai yg tak terlupakan, apakah kerana kala itu kita belum diracuni tentang kompleksnya sebuah bola dunia? Ato kebetulan cinta pertama? Dan mulai menerawang, betapa mengerikannya hidup ketika cinta kehilangan makna dan tidak lagi sesederhana konsep cinta masa remaja. Balik lagi ke masa remaja yuk!, katanya. Dan aku pun harus mengakhiri percakapan itu dengan sebuah kalimat, "ah ini kan hanya sebuah bukti, kita sudah ujur dan betapa senangnya ngungkit2 lagi pengalaman baheula."

Friday, September 10, 2004

POLSKA

Sebagai sebuah negera di eropa timur yg baru masuk EU, pelancong yg memegang schengen visa belum bisa masuk Polandia tanpa Polska Wiza (baca: Poland's Visa). Di negara ini, W dibaca V, salah satu huruf yg dibenci lidah sunda. My first journey began in Wroclaw (udah ngerti kan cara bacanya?) Kalo dilihat di peta lokasinya mepet sedikit ke Czech Republic, bermodalkan sekitar 100 Zloty, kita bisa sampai ke Praga dalam waktu kurang lebih 3 jam-an dgn kereta lintas eropa.

Masih bingung Polandia dimana? Sama, sebelumnya aku juga nggak tau banyak tentang negara ini. Yg aku tau dari film-film, negara ini terkenal dengan Ghetto-nya. Tapi paling tidak kita sempet kenal Fakta Warsawa dong? Tau arghhhh! *maksa* biar perjalanan ku agak berkesan dikit hehe. Iya itu dia ibu kotanya, Warszaw kalo bahasa resminya. Berikut adalah oleh-oleh tulisan disela-sela penungguan pesawat, kereta dan lamunan di hostel.

Damn typoon

Sebelumnya aku sudah ngira bahwasanya perjalanan kali ini would be a hard-long-journey. Dimulai dari pembelian tiket yg sampai H minus 5 masih on waiting list at Singapore Airlines, sampai akhirnya memberanikan diri untuk mencoba awak penerbangan agak mahal dikit KLM Royal Dutch. Rute awalnya adalah Fukuoka - Seoul - Amsterdam - Warszaw - Wroclaw, karena typoon enam belas yg sialnya lewat Fukuoka saat keberangkatan, rute berubah jadi Fukuoka - Tokyo - Amsterdam - Warszaw - Wroclaw. Beda dikit, Seoul jadi Tokyo, tapi jadi lebih lama karena harus nginep semalam di Tokyo. Masalahnya hanya satu: Tokyo is the most expensive place in the world, jadinya benci keluar kocek tambahan.

Ada cinta di Belanda

Akhirnya Tokyo - Amsterdam terlewati delam waktu kurang lebih 10 jam udara. Saat ini, aku lagi nunggu penerbangan selanjutnya di sebuah waiting lounge Schiphol Airport dengan pemandangan Boeing 747, Boeing 777 dan burung2 lainnya. Eh ada Garuda Indonesia! Arghhh jadi inget nyokap! Hmmm for those who ever had experience with KLM Royal Dutch, pramugarinya tua tua yah? Apa pas kebagian sial yah? Meny'e-meny'enya ada cinta di sini, ada benci di sini, ada kisah di sini, semua intrik itu kembali menghinggap di kepala. Bener kata orang-orang, selama kita punya kenangan, hari-hari itu akan selalu ada. Aku coba telpon dia dua kali barusan, and unfortunately couldn't reach. And while in silent, the sound's coming, "Ganda ganda, elo sama dia emang nggak jodoh! Mau ngapain lagi sih!" Iya! Tapi aku pengen nelpon! hawanya bakalan berasa beda kalo nelpon di daratan yg sama. Berasa deket, iya nggak? Sudah hampir 3 tahun nggak lihat, katanya udah langsing hehe. Arghhhh transit airport ternyata lebih jahat dari penjara yah? Kalo di penjara masih ada tempat pertemuan walau dibatasi kaca, di sini yah memble!

Indahnya sendal jepit

Barusan liat cewe cakep di Gate D25, tepatnya di lokasi penungguan check-in penerbangan ke Warszaw. As usual, girl-with-novel turns me on. Sepintas aku liat buku bacaannya, Angels and Demons by Dan Brown. Geser sana geser sini, pura pura liat sana liat sini, akhirnya aku bisa duduk tepat di depannya. Pura-pura cool in fact agak cooleuheu (baca: dekil bhs sunda red.) karena belum mandi dua hari, aku buka ransel, dan aku keluarkan The five people you meet in heaven-nya Mitch Albom. Dua puluh menit berlalu tak menunjukan gerak gerik berarti. Eh dia bergerak, kakinya dilipat ke atas kursi sehingga dagunya yg manis menempel ke dengkul, tetap baca! Bentar bentar, di salah satu jari kakinya ada cincin perak dan sandalnya itu kan sendal jepit. Hmmm kodratnya manis yah tetap manis walau pake sendal jepit. Jadi inget tema Holand Harold kali ini yg ditulis besar-besar Luxury. Katanya luxury adalah sebuah gaya hidup yg melonjak nilainya karena jarang dikenakan orang utk kasus berpakaian. Hugo Boss jarang dikenakan org karena harganya yg mahal, Luis Vutton tidak lagi lux utk wanita jepang krn hampir setengah wanita sana memiliki dua pasang tas merek LV, nah sekarang aku lihat seorang wanita mengenakan sendal jepit. Layak nggak yah aku kategorikan lux? krn dari sekian banyak wanita eropa yg aku lihat hilir mudik di sini, hanya dia yg mengenakan sendal jepit.

Kembali ke prosesi pandang memandang wanita bersendal jepit, aku nggak tau lagi baca buku ini sampai dimana, konsentrasi buyar karena keindahan ciptaan Tuhan. Arghh sudah lah, seems that I wasn't catching her eyes anyway.

Penungguan paling lama

Dari Amsterdam, pesawat Fokker yg lumayan bising membawaku ke Warszaw dalam keadaan selamat tanpa gangguan telinga. Tiba di sini pukul 10 malam. My first impression, Warszaw aiport tidak lebih bagus dari Cengkareng. Hanya ada 6 gate. Kebayang kan? betapa jarangnya penerbangan di sini. In fact, airport has just been renovated in March 2001. Turun satu lantai, langsung ketemu immigration checking counter yg penuh dgn tentara-tentara berwajah dingin. Badannya sih nggak gede-gede amat, wajahnya juga nggak serem, rapih tak berkumis. Beda dengan tentara-tentara kita yg sengaja berkumis, termasuk bokap, untuk memberikan kesan garang. Tak peduli warga negara asli atau asing, passport tetap dicek. Aku sempet ngelantur, apa mereka nggak punya KTP yah? Nggak nyaman kan? kemana-mana musti bawa passport. Giliran pengecekan seorang warga negara Indonesia dgn passport hijau cap burung garuda, nggak di sini nggak di mana-mana, pengecekan berlangsung lama, dan suara itu datang lagi, "Sabar nak sabar, itu sih bawaan lahir negara kita."

Airport-nya dominasi warna merah, identik dengan komunis yah? Saat ini aku lagi nunggu di lantai dua, bersama dgn saudara-saudara senasib yg nggak punya duit untuk stay overnight di hotel Marriot, menunggu penerbangan selanjutnya di keesokan hari. Penungguan-penungguan semacam ini sebenernya seru seandainya bergerombol, paling tidak dua orang, tapi kalo sendirian kaya eyke, klasifikasinya bukan seru bin rame, yg ada memble celingak celinguk nggak puguh! Hehe terlalu dramatisir yah? Masih banyak kok yg bisa dilakukan, misalnya ke toilet dua jam sekali. Iya ritualnya jangan dibikin sekaligus. Aktivitas ke toilet pertama: kencing, kedua kalinya selang dua jam yah bisa cuci muka, ketiga kalinya selang empat jam: gosok gigi, ke empat kalinya boker, ke lima ulang lagi aktivitas pertama. Lima kali 2 jam sama dengan 10 jam penungguan di sela-sela aktivitas membaca, beres kan? Lagian bagaimana pun kondisinya, kalo udah capek pasti tidur kok. Bukan begitu hukum alamnya?

Welcome in Wroclaw!

Sebuah kota di sebelah timur Poland yg cukup terpandang dgn old mining-nya. Di sini lah the 13th Mine Planning Equipment Selection berlangsung. Aku kabagian presentasi di hari pertama saat sore menjelang malam. Mendarat di kota ini sekitar jam 11.00, langsung check in ke hotel, mandi, ganti baju, terus langsung cabut ke lokasi seminar. Ketemu 3 temen dari Indonesia; yg satu kakak kelas sewaktu kuliah dan yg lainnya dosen pembimbing skripsi. Salah satunya baru dapet gelar Profesor. Senang dan kaget bercampur menjadi satu, makanya ngobrol ngobrol dan ngobrol, presentasi boro boro diperhatiin. Imbasnya, I didn't have time to check my PowerPoint, so I jetlag presented my paper with slides as it has been prepared in Japan. No wories, my presentation run well. I got several feedbacks. Iya belajar sambil jalan, mudah-mudahan nggak bosen-bosen belajarnya:D

Giting Giting Giting!

Polandia adalah negara dingin, menurut narasumber yg bisa dipercaya, puncak musim panas nggak sampai 30 derajat, dengan minimum temperatur saat winter minus 14 derajat. September masih lumayan hangat, masih bisa liat beer garden di sana sini. Seminarnya berlangsung tiga hari dan setiap malam diakhiri dengan makan malam bersama, dan sudah tentu Vodka dan Bir berserakan selama makan malam tersebut. Jadinya surga dunia buat peminum alkohol.

Sebisanya selama dinner, pindah meja sana dan sini, terlebih kalo ada Prof yg aku kenal dari tulisannya. Ritualnya gampang, lebih gampang dari ritual ngedeketin makan malam pejabat ala Indo. Cukup bawa sebotol Vodka, dan itu pun tinggal minta dari waitress. Kunjungi meja yg dituju, jangan lupa siapkan kartu nama, mulai deh bergerilya cari gawean. Tapi ini tidak berlaku untuk expert-expert dari negara non alcohol trinken, misalnya indonesia. Lagian hanya tiga orang expert dari Indonesia, dan sepertinya mereka akan senang-senang saja seandainya ada yg mendekati even they misunderstood by bringing them a bottle of Vodka.

Dua malam di Wroclaw, dan keindahan kota hanya bisa terkunjungi saat malam setelah dinner, dimana semua orang setengah sadar akibat alkohol, ngobrol ngalor ngidul tentang pengalaman masing-masing. Repotnya, keluar malem bukannya liat keindahan kota, malah masuk bar dan mari minum lagi. Jadi siap siap aja pulang ke hotel tengkurep di closet hehehe

Good bye Wroclaw and welcome Krakow

Masih lanjutan dari hasil gerilya saat dinner dgn modal sebotol Vodka, akhirnya aku dapet tumpangan dari seorang Prof di Akademia Gornicza-Hutnicza, untuk berkunjung ke kota Krakow. Yang katanya kota terindah di Polandia sebagai tujuan wisata. Hari ketiga, pamitan ke kolega-kolega dari Indo sambil nunduk-nunduk karena nggak bisa memenuhi permintaan makan malam bersama di malam terakhir. Siang bolong saat istirahat makan siang, kami meluncur ke kota Krakow dengan sebuah sedan VW (bingung kan cara bacanya kalo W dibaca V, jadinya phephe). Baik sekali Prof ini, sebelumnya sudah bersedia telpon sana sini mencari info hostel murah, terus ngasih tumpangan gratis pula. Permintaan baliknya hanya satu, "Please send postcards from Japan and Indonesia" Well done Sir:D

Krakow adalah sebuah kota di sebelah selatan Polandia, dekat ke Slovakia. Ini satu-satunya kota di Polandia dengan tingkat kerusakan historical buildings paling minim dibanding kota-kota lainnya saat Perang Dunia II. Di sini ada perkampungan Ghetto Yahudi, di sini John Paul II, the pope, lahir dan dibesarkan, di sini Roman Polansky, sutradara the Pianist, berasal, dan banyak lagi seniman-seniman lainnya yg katanya terkenal tapi kok saya tidak kenal yah? hehehe

Ok kembali ke perjalanan Wroclaw - Krokow, sebagai salah satu negara miskin di daratan eropa. Jalan daratnya banyak bolong! Nggak beda jauh dgn kondisi jalan di tanah air. Mobil Fiat jaman dulu yg keluaran jaman kapan, masih dipake juga. Terus macet di sana sini. Nu pasti na mah ribet lah! Nah keluar deh bhs sunda ku, sangking kondisinya nggak lebih baik dari bandung, ternyata. Tiga setengah jam berlalu sampai juga di kota tujuan. Seraya memberikan wejangan ini dan itu, si Prof mengajak ku keliling kota. Ini centrum, itu old town, ini new town dan lain sebagainya. Sepertinya lebih dari cukup sebagai amunisi awal.

Saat ini aku ngetik di sebuah hostel dengan biaya 117 Zloty per malam. Three beds in one room. Untungnya kosong melulu, jadinya berasa single room. Rencananya malem ini mau survey restoran, karena terus terang saja, diriku saat ini sangat LAPAR!

Bahasa Basi

Nggak beda jauh dengan kamampuan cas cis cus inggris di tanah air. Orang-orang di negara ini juga tidak cakap berbahasa inggris. Tapi bersyukurlah kita semua mengenal angka. Apa lagi yg paling penting selain harga? Olehkarenanya aku selalu membawa secarik kertas dan pulpen sebagai antisipasi kondisi darurat.

Malam ini dimulai pelajaran bahasa Polish. Dimulai dari keinginan membeli hamburger di sebuah kiosk.
Saya: "Itu" bukan that tapi itu hehe test sound sambil nunjuk menu yg dimaksud
Penjaga warung: "Tag"
Saya: *tuh kan ngerti*
Penjaga warung: "Jeden?" dengan gerakan tangan satu
Saya: *oh satu* "Tag" kalo ini kata udah ngerti dari dulu, means yes
Nunggu penjaga warung ngeracik humberguer, aku mikir minumnya apa? Pengennya air mineral, tapi yakin banget si penjaga warung nggak bakalan ngerti kalo aku nyebut mineral water. Lagian spencer lokasinya di dalam, jadinya nggak bisa tunjak tunjuk. Daripada nggak minum, yah pesen yg mudah-mudah universal saja,
Saya: "Cola"
Penjaga warung: "Tag. Jeden?"
Saya: "Tag" beresssss
Penjaga warung: "bla bla bla bla bla"
Saya: *waduh apaan nih?* "how much?"
Penjaga warung: "bla bla bla bla bla"
Siaga satu siaga satu, kondisi darurat memanggil. Aku keluarkan secarik kertas dan pensil, dan tanpa disuruh pun si penjaga warung langsung mencatat 6,5.
Saya: *oh segitu toh, murah dong* murahnya dibanding Jepun, kalo di banding tanah air yah kurang lebih 2 kalinya (mahal yah?).
Langsung aku bayar tanpa lupa mengucapkan "Jinkuya" means thank you.

Bahasa basi yah? Yg penting tuh punya duit! Iya nggak iya nggak iya nggak?

Jalan-jalan di Centrum

Tipikal tata kota eropa pastinya selalu ada centrum. Sebenernya di tanah air juga ada alun-alun, tapi sayangnya kebanyakan alun-alun sekarang berubah jadi tempat mesum. Kota mana di tanah air yg alun-alunnya bukan tempat mesum? Jogja kali yah? Iya bersukurlah, kita masih punya Jogja. Masih bisa ngerasain wedang ronde malem-malem, masih bisa cekakak-cekikik ternyata susah ngelewatin beringin kembar? Nah kembali ke centrum, lagi-lagi Krakow mencetak rekor sebagai kota dgn centrum paling besar. Besarnya kira-kira empat kali lapangan bola (itu utk areal kosongnya, belum termasuk pinggirannya). Lokasinya agak unik krn dikelilingi taman dgn pohon-pohon menjulang tinggi. Bagus juga penataan alun-alun seperti ini, pohon-pohon jadi filter kebisingan centrum. Kalo boleh nebak-nebak tema awal pembuatan centrum ini mungkin quiet from outside, lively from inside, ngarang.

Indah asli indah! Di bagian tengah centrum ada gedung memanjang, dari luar bisa dinikmati old fashion-nya sambil ngopi-ngopi dan ngobrol-ngobrol. Pura-pura aja ngerti apa iti gothic style, seperti apa itu rennaisance style, entar juga ngerti sendiri. Masuk ke dalam gedung, ada lorong panjang dimana para penjual souvenir nongkrong dgn kiosnya masing-masing. Batu-batu akik terbuat dari batu gamping, yg sebenernya bisa juga ditemui di Padalarang sono, berserakan sana sini dgn tawaran harga melambung. Pendapat saya sih, buat kita-kita yg seneng batu-batuan seperti ini mah, mendingan pergi ke Banjar, jangan beli di sini. Lebih ngirit kan? Jadi, jangan tergoda dgn polesannya, terlebih kalo nggak terlalu ngerti batu akik. Modal gaya-gayaan beli di eropa percuma saja, bukannya kita nyari barang yg jarang dipakai orang?

Masih di areal kosong centrum, sebelah Timur, ada gereja Virgin Mary. Ini salah satu gereja yg menjadi harta karun Polandia. Bisa masuk ke dalam dgn harga tiket 3.5 Zloty. Relatif murah dibanding apa yg bisa dilihat. Nah ini baru gothic style. Terus terang eyke juga baru nge'h, gothic seperti apa, iya setelah beberapa kali keluar masuk gereja-gereja di sini. Itu pun bukan dari ukiran ato apanya, liat atapnya yg mirip jaring laba-laba. Biar nggak kuwalat, buka topi sebelum masuk, tidak boleh berisik, jangan motret suster yg lagi berdoa, entar konsentrasinya buyar! kasihan kan? Well, we all have our own belief, menghargai satu dengan yg lain akan membuat bumi ini lebih tentram dipijak, itu kan yg kita cari?

Di sekeliling centrum, banyak yg bisa dinikmati. Mulai dari musik tradisional, sulap, makanan, minuman, all you name it. Asal jangan nyari ayam timbel aja. Tapi, bami goreng ada loh? Bener! Sayangnya saya tidak berkeinginan memesan bami goring tuh, krn yakin rasanya nggak lebih baik dari bami goreng Gang Sempit. Ada juga merpati. Kapan lagi dikerumunin merpati di pundak, di kepala, di tangan, dengan hanya bermodalkan seonggok kacang. Tapi jangan pernah menyesal kena tainya, merpati boleh jinak tapi urusan pup-pun-an yah se'enak ndewe. Kalo kena sialnya, alias kena tai, mulai deh bertanya pada diri sendiri, dosa apa yg engkau perbuat lately? Tuh kan! Saya bilang apa, jangan motret suster yg lagi berdoa hehehe

Udah agak capek, duduk dulu sambil minum-minum, ngecek kondisi keuangan (maklum, konversi Yen bikin haus beli-beli), dan nulis postcard ke sana ke mari. Seharian nggak berasa di centrum, padahal masih banyak yg belum dilihat. Masih ada hari esok. Mudah-mudahan masih diberi kesempatan untuk melihat hari esok *berdoa*.

Royal Castle

Hari ini, aku jalan-jalan ke Royal Castle. Berdasarkan referensi Krakow i jego klejnoty superpzewodnik (baca: complete guide to the marvels of Krakow), tempat ini harus dikunjungi. Lokasinya tidak begitu jauh dari centrum, masih bisa dicapai dgn jalan kaki, asal jangan manja saja. Setelah memperhatikan alur manusia yg ternyata punya keinginan sama menuju Royal Castle, alur manusia bisa dijadikan petunjuk paling jitu ketimbang peta, terlebih kalo nggak bisa baca peta dan menentukan arah mata angin. Sepanjang kiri kanan jalan, banyak atraksi yg sebeneranya nggak seru-seru amat untuk orang kampung seperti sayah. Misalnya ular, tarantula, bikin tattoo, mematung, dan lain sebagainya. Seorang tua beratraksi dgn ular kecilllllll, dalam hati aku bergumam, "Belum pernah liat ular sanca segede kebo yah? Menye-menye lo!", ato liat manusia berkostum tarantula lagi promosi koleksi tarantulanta-nya, dalam hati aku bergumam lagi, "Adohhhh, yg kaya beginian di alun-alun bandung banyak! Obat mujarab numbuhin kumis." Eh eh ada yg lagi bikin tattoo, nah ini baru lumayan, bisa liat udel hehehe

Selama perjalanan, sempet nyicipin makanan rusia. Pernah nyicipin? Enak loh. Bentuknya seperti kroket sebelum digoreng, isinya kentang plus entah daging apa. Daging kuda kali yah? Soalnya nggak ketauan dari menunya hahaha.

Nah di salah satu gereja menuju Royal Castle, dapet temen. Jadi, aku barusan masuk ke gereja, dari luar, gereja tersebut terlihat glamour dengan ornamen patung-patung ala Roman Itali-nya (ini kali yah yg disebut Romanique style?). Ternyata, bagian dalamnya biasa-biasa saja. Akhirnya menyesal keluar dalam hitungan menit sambil senyum-senyum sendiri, "Nah yg kaya begini ini yg nggak jelas. Dari luar bagus, ke dalam jelek." Saat keluar, ada dua cewe mau masuk, sangkanya mungkin aku sedang senyum ke salah satunya. Gayung bersambut. Dan akhirnya mereka menjadi teman jalan siang dan malam selama di sini. Later I knew they're American, dan salah satunya keturunan India. Mereka nyangkanya aku dari Spanyol. Ternyata, dari negara banyak nggak halalnya hahaha.

Kembali ke Royal Castle. Di sinilah raja diraja Polandia bertempat tinggal. Lokasinya ada di tebing Wawel, oleh karenanya terkenal dengan sebutan Wawel Castle. Di bagian bawah tebing mengalir sungai Wisla. Nah ini bikin bagus, di sepanjang sungai Wisla mengarah ke castle, dibuat jalan sedemikian rupa untuk track jogging, skating, nongkrong-nongkrong dan aktivitas leisure lainnya. Aku menilainya sebagai paduan pas konstruksi modern dengan historical bulding, yg bisa membuat para pelancong betah memandang keindahan castle di sebelah utara dan hiruk pikuk gedung-gedung pencakar langit di sebelah selatan, seberang sungai. Lagi-lagi pikiran ngelantur ke alun-alun bandung. Kenapa nggak ada yg berpikiran seperti ini yah? Bukan apa-apa, itu tidak lain karena saya cinta Indonesia.

Wawel Castle lebih cocok disebut kompleks, karena di sini ada semuanya. Mulai dari katredal, museum, taman, kediaman raja, dan lain-lain. Agak ribet untuk bisa mengunjungi semuanya, terlebih setiap tempat perlu tiket masuk. Jadi harus milih-milih dulu di gerbang sebelum membeli tiket terusan. Katedral layak kunjung, krn di sana ada lonceng besar yg bisa dipegang. Katanya nomer tiga terbesar di dunia. Cuman lonceng, tapi kapan lagi bisa liat. Museum pun layak kunjung, walau sebenernya bikin pusing karena nggak tau banyak tentang invasi Austria. Bangunan bawah tanah katedral juga perlu dikunjungi, karena di sana ada gua naga, bukan kampung naga hehehe itu mah di Ciamis, iya gua naga, lumayan serem walau nggak ada naganya. Gua naga ini dibuat sebagai jalan pintas dari castle ke sungai. Pernah nonton film Troy, nah ketika kerajaan Troy (?) diobrak-abrik di akhir film, wanita dan anak kecil keluar dari komplek kerajaan lewat jalan pintas. Nah, gua naga sama fungsinya sebagai jalan pintas itu. Jangan bersiul yah selama di gua!

Sisanya yah ngobrol-ngobrol, kan udah punya temen hehehe.

Kehidupan malam

Gara-gara punya temen, akhirnya aku bisa mencicipi juga kehidupan malam di sini. Jauh lebih seru dari Jepang, jauh lebih dewasa dibanding tanah air, no other comments selain lieur!

Welcome Warszaw

Tiga malam di Krakow, akhirnya perjalanan aku lanjutkan ke Warszaw. Setiap jam, kereta meluncur dari Krakow ke Warszaw dengan biaya 75 Zloty. Sebenernya aku sudah booking sebuah mid-range hotel lewat internet, tapi mujur ketemu segerombolan anak muda dgn kaos merah Youth Hostel di Warszaw central station. Mereka fasih berbahasa inggris, cas cis cus lokasi dan harga, akhirnya sepakat tinggal di salah satu hostel mereka dekat ke airport, dengan harga 136 Zloty single room. Hukum alamnya, kota besar lebih mudah dijajaki dibandingkan kota kecil. Kerana itu tadi, informasi mudah diperoleh lewat informasi turistik. Pole negative-nya, biaya agak mahal sebagai tambahan imbal jasa.

Di sini juga ada Royal Castle, tapi entah kenapa sulit untuk dinikmati. Pertama panas, kedua sumpek, ketiga capek, keempat uang mulai menipis, kelima udah mau balik! Jadinya lebih banyak membaca buku petunjuk daripada menjalaninya. Kota ini mirip dengan Jakarta. Mall bertebaran di sana sini dengan harga bandrol relatif murah. Iya gitu, jadinya window shoping hehehe.

Barusan ngalamin kejadian lucu. Bus di sini kan pake tiket, nah tiketnya beli di kiosk. Aku beli tiket seharga 2.45 Zloty dari stasiun ke calon hostel. Nah, masuklah diriku ke dalam bus nomer 175. Pemberhentian berikutnya, aku perhatikan dengan seksama penumpang yg masuk dan keluar, bagaimana caranya mengidentifikasi tiket. Oh sama dgn di Austria, di setiap pintu ada box pencetak jam dan tanggal. Aku sih ngetes-ngetes aja nggak nyetak my ticket, krn biasanya jarang ada yg inspeksi. Jadinya tiket bisa dipake lagi. You know what? Seorang tua dgn tampang acak-acakan bawa semacam intrumen, lagi random check tiket para penumpang dari barisan belakang. Untungnya! Eyke duduk deket box pencetak jam, belaga santai padahal jantung dag dig dug, masukin tiket ke box. Aman! And y'know what happen next? Orang tua tukang cek-mengecek tadi turun di pintu tengah, dengan kata lain para penumpang di barisan depan, termasuk aku, nggak jadi diinspeksi.

Kalo di Krakow kemana-mana jalan kaki, di sini lebih nyaman pake bis, karena yg namanya bis yah trayeknya bolak balik. Jadinya nggak perlu takut get lost. Sempet jalan-jalan ke Warszaw University of Technology, liat-liat kampus dan cari kaos universitas ybs hehehe turis apalagi yg dicari di hari-hari terakhir selain oleh-oleh. Iya begitulah, nggak banyak pandangan mata yg bisa ditulis. Mudah-mudahan masih diberi kesempatan untuk melihat hari esok.

I empty drawers of other summers
Where my shadows used to be
But it's just the same hard candy