Thursday, November 23, 2006

Tetaplah Menari

Dia berputar, di posisi sembilan puluh derajat kepalanya menunduk, asap rokok disekelilingnya menyeruduk seketika ke bagian muka. Sekarang, rambutnya dihempaskan ke udara, matanya terbuka pelan menatap langit-langit, kuning hijau biru merah atau mungkin ada ilusi lainnya yang tidak bisa saya lihat. Dua detik sama dengan delapan ketukan, matanya masih menatap ke atas dalam putaran bola bola. Tangannya mulai mengais, seakan ingin meraih sesuatu. Susah, lelah jangan sekarang kesadaran, mungkin. Bukan itu saja, kakinya seperti bertumpu di atas pegas, yang kanan menekuk yang kiri mengatur keseimbangan, perintah motorik yang ada dan mungkin tidak ada dalam buku panduan les balet. Wajahnya berkeliling mencari sangkaran dan menangkapku seketika. Ada … saya ada di sini, tetaplah menari sampai akhirnya kamu lelah untuk saya papah.