Tuesday, April 20, 2004

Fantasi Jamadul

Seseorang membawa ku kembali ke alam pikiran jaman dulu, yg membuatku bertanya-tanya apakah fantasi2 tersebut membentuk diriku saat ini.
Kiki : "Eh 'nda, elo dulu punya mimpi-mimpi nggak?"
Gue : "Mimpi! Maksudnya?"
Kiki : "Iya seperti gue ini lah, dulu bercita-cita jadi insinyur pertanian."
Gue : "hahaha pertanian, iya yah. Kalo bukan insinyur pertanian, pasti dokter pilihannya."
Kiki : "Maklum lah, gue dulu kan tinggal di kampung. Yg gue tau dulu, mandor2 kebun punya kehidupan yg layak."
Gue : "Kalo gue dulu pengen jadi dokter. Alasannya sama, aku ngeliat tetangga gue, dokter, punya dua mobil: jimny dan hijet hehehe. Eh sekarang malah jadi tukang gali. Nah elo kok malah jadi tukang listrik?"
Kiki : "Gue nyadar man. Bahwasnya insinyur (ir) sama dengan voltage. Elo masih inget kan V sama dengan I kali R? Jadinya kalo mau jadi insinyur beneran yah musti milih electrical engineering hehehe."
Gue : "hahaha tapi tapi Ki', dulu punya idola nggak?"
Kiki : "hmmm entar entar ... idola gue dulu siapa yah ..."
Gue : "Gue nih Ki'. Idola gue tuh Billy the Kid sama Ali Topan. Oke nggak tuh!"
Kiki : "hahaha Billy! Kang Billy! yg dari bayi tidur ama senapan ituh? Hahaha terus Ali Topan lagih, buset dah, pembangkang semua!"
Gue : "tet tet tet anak jalanan kembang metropolitan, selalu ramai dalam kesepian bla bla bla *jadi nyanyi:D*"

Aku nggak tau apakah the Billy dan Ali Topan mempengaruhi pertumbuhan ku *mikir ... hmmm sepertinya nggak*. Yg pasti, mengapa diriku merubah haluan dari dokter jadi insinyur, adalah karena dulu. Once sewaktu SD, aku nggak tau rumus luas jajaran genjang, terus aku nanya ke seorang saudara yg waktu itu duduk di Fakultas Teknik Bandung Lautan Asmara. Dia gambar jajaran genjang, dia iris jajaran genjang menjadi 2 buah segitiga dan sebuah segi empat. Amazing! Aku bisa jawab luas jajaran genjang bermodalkan rumus segitaga dan segiempat saja. Terus dia gambar lagi layang-layang, dia iris lagi layang2 tsb menjadi empat buah segitiga. Lagi-lagi amazing, Matematik! biologi boleh merah tapi matematik musti bagus krn terlanjur suka. How about you, pernah ngalamin turning point nggak? Lanjutan dari sesi percakapan ku dgn Kiki, akhirnya diketahui bahwa Kiki pernah mengidolakan Rano Karno, iya Rano Karno ... Kiki temen ku ini masih beruntung lah yah dari sekian banyak penggemar Rano Karno di tanah air lainnya. Iya beruntung, karena nggak bela2in men-tato dagu supaya bisa nyamain tai lalat-nya Bang Rano hehehe

Monday, April 12, 2004

Ritual kencing kaum adam dan masalah sanitasi air flushing

Dalam suatu perjalanan pulang di sebuah stasiun kereta
My X: "Nda tunggu yah, aku mo ke toilet dulu"
Gue: "Ok, aku juga pengen kencing kok"
Akhirnya aku kencing di tolilet bersimbol manusia hitam botak tanpa rok. Ritual kencingnya bisa dibilang normal: kencing, cuci tangan, ngaca, basahin rambut, keringkan tangan. Terus keluar deh, eh my X sudah nunggu di luar, by means ritual kencing ku lebih lama dibanding dia ternyata.
My X: "Kok lama banget sih? Nggak tau apa! Keretanya bentar lagi berangkat!?"
Gue: "Emang jam berapa?"
My X: "Kencing aja kaya cewe!"
Dia lari aku kejar lah. Kita berlari menuju down-elevator menggapai lajur pemberangkatan. 2-3 detik sebelum kita berdua menginjakan kaki di platform pemberangkatan, pintu keretu tertutup, tuit tuit melaju lah sang kereta dan kita harus menunggu 40 menit berikutnya.
My X: "Tuh kan gara2 kamu sih! Kencing aja kaya cewe!"
Gue: "Nah aku mana tau keretanya berangkat jam segini. Lawong tiket kamu yg pegang!"
My X: "Kalo kamu di toilet nggak ganjen kaya cewe, nggak mungkin kita ketinggalan kereta!"
Gue: Speechless
Empat puluh menit selama penungguan kereta berikutnya, kita nggak saling ngomong. Duduk di bangku penungguan yg berbeda. Cerita di atas adalah my true story, cerita sekitar kencing yg masih dan mungkin akan selalu teringat di kepala. Well, kita baikan lagi kok. Bukan itu alasannya kenapa wanita tsb menjadi X. Eh 'ras are you there:D?

Nah pesan sponsor yg ingin disampaikan dalam postingan kali ini adalah ritual kencing para lelaki yg nggak beda jauh dengan kuda. Sambil berdiri maksudnya hehehe. Masih ada hubungannya dgn Jepang. Nah beda dgn toilet2 lelaki di Indonesia, toilet2 di sini dirancang sedemikian rupa sehingga kita kaum adam tidak bisa dgn mudah mencuci alat kelamin setelah kencing. Nggak habis akal, banyak dr kita bersikeras mencuci dgn cara menampung air flushing dgn tangan. Problem solved dong!? *aku harap para ibu2 pkk bisa mengikuti yg aku tulis. Pernah lihat keramik kencing cowo kan? Ini penting!* Ternyata masalahnya belum selesai Bapak2!

Tahun lalu saya sempat berkunjung ke tempat pengolahan air di sini. Prosesnya seperti ini: air dr sungai ditampung, diolah sampai bersih sampai layak minum, kemudian disalurkan ke rumah2, perkantoran, sekolah2 dan fasilitas2 lainnya. Nah air tsb kita gunakan untuk minum, masak, cuci, mandi dll. Sebagai discharge, air kotor dari konsumen akan disalurkan kembali ke tempat pengolahan untuk diolah lagi (sampai tingkat kebersihan layak buang) sebelum dibuang ke sungai dan atau disalurkan kembali ke TOILET2 umum. Nah baca lagi kalimat terkahir. Mengerti? Mudahnya begini, air dgn tingkat kebersihan layak buang itu lah yg disalurkan ke TOILET2 umum untuk flushing sodara2. Wajar lah yah, hanya untuk flushing kan? Nah loh, bagaimana nasib cowo2 ganjen yg biasa membersihkan anu-nya dgn cara menampung air flushing!!!??? Sama saja artinya nyuci barang berharga dgn air kotor dong, bukan begitu? Dan jawaban pemerintah Jepang, mungkin seperti ini, "Siapa suruh nampung AIR FLUSHING! Kenapa nggak sekalian ditampung untuk diminum:D"

Monday, April 05, 2004

Nggak ada Janda, gadis pun jadi :D

Gue: "Mister Yaya! No telpon Dinda dong?"
Dinda? (Mr. Yaya?): "Sir Ganda! Dinda pake no ini."
Gue: "Oh ic. Imel Din'? Gue mo ngirim foto2 barusan. Terus alamat imel cewe jepang barusan apa yah? Kok nggak dikenalin <-- insert icon nangis!?"
Dinda itu adik iparnya Mr. Yaya. Tadi siang bareng ke taman. Sakura udah mulai mekar, puncaknya hari ini, minggu depan hampir dipastikan berjatuhan, makanya jalan ke taman sekalian makan siang di bawah pohon sakura. Eh Dinda bareng cewe Jepun: cakep, lucu, putih with this J-style you know.
Mr. Yaya: "Dinda-nya udah mati suri, imelnya ****@****.com. Emangnya cewe jpn itu: Janda?"
Yiah kirain yg bales sms sebelumnya Dinda, ternyata Pak Yaya. Entah kenapa di mata mister satu ini, diri ku tercap sebagai penggemar janda. Mungkin dia cemburu krn aku sempet deket sama bininya sewaktu Mbak Lana masih berstatus Janda Sementara.
Gue: "Wuah nggak seru kalo situ yg bales <-- insert icon nangis, yg ini kayanya masih gadis euy."
Pak Yaya: "Ya elo tunggu aja ampe Dinda ngulet pagi ..."
Wuah beneran deh, sewot deh, sepertinya dia tau kalo gue sempet gangguin bininye huehehe Hmmm musti disegerin nih dengan saling maki-memaki.
Gue: "Barusan kok nggak ikut? Katanya meriang manja yah?"
Pak Yaya: "Kalo cuman maen di bawah pohon beru-uban mah di kampung gue juga lebih ok!"
Sakura = pohon ber-uban krn warnanya putih. Buset dah! Sebelumnya dia nyebut baseball sebagai olahraga menjemukan, sampit2an di jkt lebih seru bisa mecahin kaca (tawuran red.).
Gue: "Wuah susah dah kalo ngomong sama yg sudah ber-uban."
Pak Yaya: "Mending daripada sama penggemar janda."
Hmmm kalah deh kalah, maki-makiannya kita terusin nanti aja mister. Kehabisan bahan celaan nih.

*you've got mail* pagi2 dapet e-mail dari Dinda.
Dinda: "Thanks gan, gak apa-apa gue kasih liat cowok gue..biar gue ada alasan putus hihihihi... arigatou nee..."
Fyi, aku kirimin dia foto mesra berdua di bawah pohon sakura.
Gue : "Mana imelnya **** (si cewe jepun red.)?!"
Dinda: "Weh nggak sabaran. Kebelet!? Ini, ****.****.com, hp-nya 0********, ati ati dia masih SMA"
Hmmm berasa remaja gue. Cukur jenggot dulu ah *senyum busuk*

Friday, April 02, 2004

April Mop and oughh my nose!

Yesterday morning, as usual, I asked my room mate, "Can I play my winamp?" Even he always says either daijyoubu, please, or bitte schoen. He seems to be enjoying my music collection. Somehow my polite part always left me with so called permission in case he needs to concentrate on his works and my music would disturb. Well anyway, he said ok, so I played the compilation of Utada's best songs and we both started our daily rut. In short, it was about 12 o'clock and he went out for lunch earlier than usual. Few seconds before he left room, he pulled out something from his bag. He noticed my curious eyes, and then he showed the thing. It was a blue stick with candy inside. Nothing special I guess, "Can I have the candy please?" As the stick getting closer to my face, in few milliseconds "Powwow", the snake head sprang out a surprise and hit my nose. "What?" angrily. And with this big smiley he said, "April phuu". As my nose kembang-kempis, my brain worked faster indeed to finally realize yesterday was April first, "Ah I see I know. Thank you. You go lunch. I don't celebrate April 1st"

I was still listening to Utada when this tall Japanese guy quickly entered our room. What a long lunch time you had, nose-hitter! From the way he was breathing, as if he was just chased by a mad dog. "Ganda-san, I saw Utada Hikaru in front of cafeteria!" He knows exactly I like this J-pop singer. "What?" Without thinking twice I calmly down heading to cafeteria. I didn't see any crowded. "Imoto, when did the last time you see her?", I calmly phoned. "Here in our room. I hear her voice from your PC. April phuu" Oh great! This April mop again. First yr stick hit my nose, and it looks bigger now. Give my normal nose back! Second you fooled me with this Utada appearance at uni. What next April freaks!?