Tuesday, January 18, 2005

Susahnya Cari Temen Ngobrol

Seorang temen pernah nanya ke saya, "Pilih mana? Tinggal di Eropa ato di Jepang?" Saya jawab enak di Eropa. "Kok bisa?," tanya dia. Mungkin bilamana saya datang ke negeri ini dalam kondisi sudah beristri, negeri ini lebih enak untuk ditinggali karena semuanya serba teratur, tempat yg bagus buat insaf. Hmmm insaf, my word, emang dulu saya berandalan apa. Saya sempet pikir-pikir lagi jawaban ke seorang temen itu, "Apa bener this is the land for couple?", karena saya takut jawaban saya itu hanya sebuah excuse kelelahan hidup melajang dampak bertambahnya usia.

Kata kunci survival hidup di negeri orang adalah bagaimana caranya melerai kesepian. And we all know, satu-satunya cara ngilangin kesepian yg paling jitu adalah ngobrol sama temen, ngobrol sama keluarga, ngobrol sama tukang cukur, dan bagimanapun gilanya tawaran-tawaran obrolan di negeri orang, tetep akan berasa beda karena embe jeung kuda mah tetep beda. Ah you terlalu menghiperbola! Kalo cuman ngobrol kan bisa telepon! Nah itu dia inti postingan saya sekarang. Barusan baru ngerasa, susah sekali nyari temen ngobrol di tanah air. Berikut call record-nya:

Pertama, Kiki shift malem di papua. Huhuy ngaronda yeuh!
Kedua, Roy, jangkrik melayu satu ini susah banget dihubungin, HP-nya selalu tulalit.
Ketiga, namanya Ada Deh, ini pacar terkahir yg udah tunangan. Bandit yah? udah tunangan masih ditelepon juga, untungnya nggak diangkat.
Keempat, Ibu Beranak Satu, kadang takut ngehubungin ibu ini karena suaminya nggak begitu mengenal saya. Eh bener aja, pas ditelepon katanya lagi makan sama keluarga. Jadi nggak enak.
Kelima, Ibu Gaul, kapan saja tante ini bisa ditelepon. Tapi kalo ngobrol sama dia, bisa habis pulsa ogut, jadinya dicoret dari daftar-telepon-kali-ini.
Keenam, Neng Bungsu, teman blogger, yes temen blogger yg baru tadi sore ketauan ternyata bungsu dari tiga bersodara. Lumayan juga sundanya, padahal tadi pabaliut ngetik sunda di Y!M. Sayangnya telepon harus diputus karena dia harus masuk elevator.
Ketujuh, Ibu Hamil, akhirnya ibu inilah yg berhasil saya sedikit curhatin, walau dengan pesan "Kalo nelpon lagi poko`e jangan weekend, suami gua dateng" hahaha kidding

Jadi sekarang ini, temen cowo kebanyakan di leuweung, yg cewe kebanyakan udah bersuami. Lengkaplah penderitaan.

Monday, January 10, 2005

E G O

Ketika mendengar kata ego, saya selalu berpikiran bahwa ego sama dengan sebuah keinginan pribadi yg benar-benar lepas dari pengaruh lingkungan. Mungkin pengertian itu salah yah, karena terus terang saya hanya merangkai berdasarkan kapan dan bagaimana orang-orang mengucapkannya, atau boleh lah disebut sebagai begitulah saya menggunakannya.

Saya berpikir bahwa bagaimanapun kita adalah mahluk individual dengan kepala, hati dan isiannya masing-masing yg terbentuk begitu kompleknya dalam kurun waktu dan ruang menjadi kita yg sekarang, sebuah insan manusia utuh. Olehkarenanya hanya dengan melampiaskan ego lah kita akan merasa senang. Jadi bilamana saya membangun istana untuk seseorang, mengapa begitu sulitnya memandang itu sebagai sebuah pelampiasan ego. Iya sebuah pelampiasan tanpa pengharapan. Namanya juga usaha hehehe

Tuesday, January 04, 2005

Senandung Aceh



Dulu, lagu ini biasanya terdengar dari layar kaca sebagai sahabat tidur di ruang tengah ketika malam menjelang subuh.
Sekarang, lagu ini terasa sangat melengking disertai suara-suara gaib "Nak Nak, ibu pertiwi mu ada di timur jauh sana." Ibu? Terus saudara saya? "Mereka dari Sabang sampai Merauke." Sabang? Aceh? Saya bernyanyi saja lah. "Bernyanyi?" Iya bernyanyi, atau bersenandung tepatnya, mari bersenandung dimulai dengan nada dasar C-sama-dengan-do what you can do for Aceh. Sebisanya suara kita aja, yg penting bunyi. Ada yg mau ikutan bersenandung?
Tanah airku, tidak kulupakan
'kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintaiiiiiiii, engkau kuhargai