Tuesday, March 22, 2005

Tidurlah Tidur

Sebuah kenyamanan yang tidak bisa dibeli uang adalah ketika seseorang merelakan dirinya tertidur di dekat kita. Memandang wajah yg kelelahan, kaos kaki yg belum terlepas, sebuah kepasrahan yang ah "saya mau melihat bulan di luar sana saja"

Friday, March 18, 2005

Imajinasi (seorang wanita)

Tangan saya terikat
Raga saya terpenjara
Mulut saya pun tertutup
Jari-jari sulit untuk menindis
Tapi hati dan pikiran melayang
Berimajinasi menggambar wanita

Duh Gusti, jubah kepercayaan ku
Ingin saya berteriak tapi
Orang orangan tertawa
Yang bijak mengumpul ludah
Sinting! Gila! Sing eling!
Cuih cuih cuih

Saya terbangun,
Ludah mu bau, Ki
Saya harus mandi kembang sakura
Tolol! Musim semi belum tiba
Pun musim beranak
Imajinasi mu hanya cari perkara

Thursday, March 17, 2005

Kisruh di DPR tidak penting

Saya ini berasal dari keluarga non kaya, ketika nyokap saya tinggal ke jepang, seingat saya, nyokap masih memfungsikan dua jenis kompor: gas dan minyak tanah. Tapi entahlah, mungkin saat ini yg minyak tanah sudah ditinggalkan. Beberapa minggu lalu, saat harga BBM diinformasikan naik, teman saya bertanya "Kamu setuju?" saya jawab "Setuju" berdasarkan pertimbangan harga minyak internasional yg memang sedang melonjak dan hitungan pengalihan subsidi yg harapannya dapat menekan angka kemiskinan dari 16 ke 13 persen (penjelasannya cukup masuk akal tapi hitungan dan realisasinya entahlah). Nah, realisasinya itulah yg mustinya dipertanyakan, bukan? Jangan sampai ada penyalahgunaan dana aka korupsi.

Ketika saya harus membaca koran tentang demonstrasi mahasiswa penolakan kenaikan harga BBM. Saya pikir wajar, supaya pemerintah melek, bahwasanya masyarakat mengawasi satu-hari-dua-puluh-empat-jam dengan pentongan hansip tentang pe-realisasi-an pengalihan subsidi tersebut di atas berjalan sesuai rencana. Tapi ternyata saya salah menterjemahkan demo tersebut, karena berakhir dengan sidang paripurna peninjauan kembali kenaikan harga BBM yg ujung-ujungnya kisruh itu. DPR? Kisruh? Sama sekali tidak penting! Awal-awalnya SBY yg berusaha mencari hati masyarakat, sekarang giliran fraksi-fraksi itu yg berusaha mencuri hati masyarakat. Lah nggak penting bagaimana? lawong yg dikisruhkan malah proses pengambilan keputusan kenaikan harga BBM yg katanya hanya mengandalkan analisis perorangan. Mau sepihak mau perorangan selama itu bener, masa bodo amat bang.

Penarikan kesimpulan yg sangat mudah karena sudah jelas akan terjadi adalah, kenaikan BBM menyebabkan efek domino (?) kenaikan harga di seluruh aspek. Jawaban saya dan seorang teman: Biarkan harga naik, biarkan pasar tidak stabil sejenak, bergerak kesana kemari sampai akhirnya menemukan kesetimbangan. Dan bila kesetimbangan tercapai, saya berharap kondisinya sama dengan perubahan ke arah yg lebih baik buat tanah air. Vietnam saja bisa masuk ke angka 4000 rupiah per liter, kenapa kita tidak bisa? Apa yg terjadi pada saya atau anda sekalian yg berada pada golongan menengah bila harga transport naik? atau bilamana harga kebutuhan pokok naik? nggak bisa makan? Aduh, jangan dihiperbola folks. Yg ada palingan uang jajan tertekan karena biaya bensin melonjak. Jual itu mobil 2500 cc, ganti ke 1500 supaya lebih irit! Atau kurangi dial up telkomsel dari 2 jam jadi 1 jam sehari! Kita masih mending masih punya alternatif, tapi rakyat kecil? boro-boro milih, yg minimalis saja tidak terjangkau. Memang semuanya merugi, dari rakyat kecil sampai yg kaya, semuanya merugi, tapi bukan berarti tidak ada solusi. Satu kata kunci kenapa saya setuju dengan kenaikan harga BBM adalah harapan kesetimbangan harga baru pasar tanah air alon-alon bisa berkompetisi dengan dunia internasional. Itu saja.

Tuesday, March 01, 2005

Penerima Tamu

Hari Sabtu kemarin, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, mendapat kehormatan sebagai penerima tamu pernikahan bule. Berpakaian rapih serasa nggak pas (baca: lagi numbuhin jenggot), menuntun para undangan menuju mejanya masing-masing. Ada suka ada duka, sukanya pengalaman baru, dukanya melepas coat para tamu, menggantungkannya dan nggak dibayar hehehe Kidding! Nggak ada dukanya kok, senang ikut serta/dilibatkan dalam pernikahan teman walau hanya penerima tamu.

Nikah ala bule banyak ciumannya. Sepanjang mata memandang, tiga kali mereka berciuman: pertama ketika dipersilahkan Pastor, kedua saat dansa, ketiga saat difoto. I wonder mereka latihan dulu, karena ciumannya lumayan indah (baca: harot nggak, nempel-doang nggak, thus pas karena berhasil membuat para undangan melongo beberapa detik kemudian diikuti tepuk tangan).

Acaranya penuh dengan acara-acara yg menarik selama kurang lebih 3 jam. Ada tayangan layar tancep profil kedua mempelai plus cerita cinta mereka. Ada acara melempar bunga untuk wanita lajang. Dan ada juga acara melempar gelang kaki untuk laki-laki lajang. Sayangnya saya nggak dapet itu gelang kaki, mau dapet gimana? Saya paling pendek dari sekian bule-bule lajangnya, bisa saja loncat, tapii ... emang basket! hehehe