Masihkah?
"Yang barusan nelepon. Wanita?"
"Iya"
"Siapa?"
"Kenalan dulu"
"Kenalan darimana?"
"Ketemuan di Pub"
"Hmmm pernah main sama dia?"
"Maksud kamu?" lelaki itu berhenti membaca, untuk kemudian menoleh ke kiri memandang wanita di sampingnya.
"Main iya main. Apa lagi," wanita itu menaikkan selimut sampai dadanya.
"Ngaco ah! Apa saya pernah nanya kamu pernah main dengan si A atau si Z?" mudah, mengalir, proses pemberian jawaban yg sepertinya sudah seribu kali hadir, dan mata lelaki itu pun kembali ke Seno Gumira Ajidarma.
"Lawong aku yg nanya, kok malah nanya balik. Payah!" ckesss suara gesekan korek api merek Tiga Durian membuat lelaki itu kembali harus menoleh Julia, nama wanita itu. Seorang wanita pekerja yg dikenalnya enam bulan lalu, rantainya sedikit rumit yaitu sepupu temannya teman kuliah.
"Eh. Sejak kapan kamu ngerokok?"
"Kapan yah ... uhuk ... uhuk", Julia terbatuk berusaha meneruskan kalimatnya, "hmmm sejak kelas tiga SMA," asap rokok mengepul dari mulutnya dan lagi lagi terbatuk.
"Lucu," lelaki itu tertawa.
"Apanya yg lucu?" terbatuk lagi
"Cara kamu ngerokok. Udah kalau berhenti yah berhenti. Jangan diteruskan," lelaki itu menyerahkan gelas berisi air putih yg memang kebetulan berada di dekatnya. Julia meneguknya sampai habis. Rokok yg baru dua kali hisap itu pun diambil dari jari Julia untuk kemudian dimatikannya.
"Iya yah, nggak enak. Kenapa orang ngerokok?"
"You know what?", lelaki itu sudah tidak lagi menggengam buku, menyampingkan badannya memandang wajah wanita yg lahir di bulan Juli itu, "Ini bisa jadi jawaban untuk pertanyaan kamu sebelumnya."
Julia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sambil memukul-mukul dadanya, ”Pheww untung aku udah berhenti ngerokok sejak dulu, kalau nggak, bisa-bisa sakit jantung aku sekarang”
"Hei! Are you listening?"
"Iya iya kenapa?"
"Iya itu tadi, orang ngerokok pasti ngerti akibat bahaya dari rokok. Seperti yg kamu bilang barusan, sakit jantung lah, kanker lah, tapi.."
"Tambah, kualitas sperma nggak bagus. Rahim nggak sehat," potong Julia.
"Pinter," lelaki itu seketika merapihkan rambut Julia yg semenjak tadi tergerai menutupi wajahnya. Mereka berpandangan.
"Udah ah terusin"
"Tapi yah orang ngerokok awalnya kan biasanya coba-coba, terus keterusan, yg musti diakui sebenarnya apa juga enaknya? Nah .." lelaki itu membalikan badan menatap eternit hotel Meridian.
"Yo wiss, kapan kamu berhenti ngerokok?"
"Argh itu lagi, kan sudah kita bahas. Sekarang kita bahas yg lain. Nah, bedanya ada orang yg keterusan ngerokok tapi ada juga yg sadar untuk berhenti"
"Hubungannya dengan pertanyaan ku sebelumnya?" Julia menepuk bahu lelaki itu, karena ada abu rokok yg menempel di situ.
"Intinya masih ngerokok apa nggak. Hubungannya dengan pertanyaan kamu, apa perlu kamu nanya ke saya, aku pernah main dengan wanita yg meneleponku beberapa menit yg lalu itu. Kalau pun jawabannya iya, palingan kamu akan lanjut nanya Kenapa masih berhubungan? Atau kalau tidak, masih akan ada pertanyaan Kenapa masih berhubungan? Intinya kamu itu nanya sesuatu yg sebenernya bukan inti keingintahuan. Kenyataannya kamu worry, kamu khawatir kalau aku masih berhubungan dalam-tanda-petik dekat dengan wanita itu?"
"Ah nggak juga. Aku takut kamu kena AIDS!"
Akhirnya posting juga, silahkan berkomentar, mudah-mudahan nggak ada yg berkomentar "Silaing keuna AIDS?" hehehe
"Iya"
"Siapa?"
"Kenalan dulu"
"Kenalan darimana?"
"Ketemuan di Pub"
"Hmmm pernah main sama dia?"
"Maksud kamu?" lelaki itu berhenti membaca, untuk kemudian menoleh ke kiri memandang wanita di sampingnya.
"Main iya main. Apa lagi," wanita itu menaikkan selimut sampai dadanya.
"Ngaco ah! Apa saya pernah nanya kamu pernah main dengan si A atau si Z?" mudah, mengalir, proses pemberian jawaban yg sepertinya sudah seribu kali hadir, dan mata lelaki itu pun kembali ke Seno Gumira Ajidarma.
"Lawong aku yg nanya, kok malah nanya balik. Payah!" ckesss suara gesekan korek api merek Tiga Durian membuat lelaki itu kembali harus menoleh Julia, nama wanita itu. Seorang wanita pekerja yg dikenalnya enam bulan lalu, rantainya sedikit rumit yaitu sepupu temannya teman kuliah.
"Eh. Sejak kapan kamu ngerokok?"
"Kapan yah ... uhuk ... uhuk", Julia terbatuk berusaha meneruskan kalimatnya, "hmmm sejak kelas tiga SMA," asap rokok mengepul dari mulutnya dan lagi lagi terbatuk.
"Lucu," lelaki itu tertawa.
"Apanya yg lucu?" terbatuk lagi
"Cara kamu ngerokok. Udah kalau berhenti yah berhenti. Jangan diteruskan," lelaki itu menyerahkan gelas berisi air putih yg memang kebetulan berada di dekatnya. Julia meneguknya sampai habis. Rokok yg baru dua kali hisap itu pun diambil dari jari Julia untuk kemudian dimatikannya.
"Iya yah, nggak enak. Kenapa orang ngerokok?"
"You know what?", lelaki itu sudah tidak lagi menggengam buku, menyampingkan badannya memandang wajah wanita yg lahir di bulan Juli itu, "Ini bisa jadi jawaban untuk pertanyaan kamu sebelumnya."
Julia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sambil memukul-mukul dadanya, ”Pheww untung aku udah berhenti ngerokok sejak dulu, kalau nggak, bisa-bisa sakit jantung aku sekarang”
"Hei! Are you listening?"
"Iya iya kenapa?"
"Iya itu tadi, orang ngerokok pasti ngerti akibat bahaya dari rokok. Seperti yg kamu bilang barusan, sakit jantung lah, kanker lah, tapi.."
"Tambah, kualitas sperma nggak bagus. Rahim nggak sehat," potong Julia.
"Pinter," lelaki itu seketika merapihkan rambut Julia yg semenjak tadi tergerai menutupi wajahnya. Mereka berpandangan.
"Udah ah terusin"
"Tapi yah orang ngerokok awalnya kan biasanya coba-coba, terus keterusan, yg musti diakui sebenarnya apa juga enaknya? Nah .." lelaki itu membalikan badan menatap eternit hotel Meridian.
"Yo wiss, kapan kamu berhenti ngerokok?"
"Argh itu lagi, kan sudah kita bahas. Sekarang kita bahas yg lain. Nah, bedanya ada orang yg keterusan ngerokok tapi ada juga yg sadar untuk berhenti"
"Hubungannya dengan pertanyaan ku sebelumnya?" Julia menepuk bahu lelaki itu, karena ada abu rokok yg menempel di situ.
"Intinya masih ngerokok apa nggak. Hubungannya dengan pertanyaan kamu, apa perlu kamu nanya ke saya, aku pernah main dengan wanita yg meneleponku beberapa menit yg lalu itu. Kalau pun jawabannya iya, palingan kamu akan lanjut nanya Kenapa masih berhubungan? Atau kalau tidak, masih akan ada pertanyaan Kenapa masih berhubungan? Intinya kamu itu nanya sesuatu yg sebenernya bukan inti keingintahuan. Kenyataannya kamu worry, kamu khawatir kalau aku masih berhubungan dalam-tanda-petik dekat dengan wanita itu?"
"Ah nggak juga. Aku takut kamu kena AIDS!"
Akhirnya posting juga, silahkan berkomentar, mudah-mudahan nggak ada yg berkomentar "Silaing keuna AIDS?" hehehe