Tek tek bengek nikah ala Batak
Sebagai seseorang yg dilahirkan dari duo batak, yg lahir dan dibesarkan di bumi parahyangan. Terus terang, ada sebuah kegamangan dalam diri saya tentang apa dan bagaimana adat batak sesungguhnya. Seandainya pengkotakan adat-adatan ini semudah istilah dimana bumi dipijak disitu bumi dijungjung, mungkin saya akan memilih daratan tak beradat dan menciptakan adat-adatan yg bukan tidak mungkin ala saya sendiri. Tapi kemudian muncul pertanyaan, apa enaknya tinggal sendiri? Tarzan saja masuk kota, kenapa saya harus masuk hutan hehe
Jadi kebetulan sekali, kemarin itu ada temen yg curhat tentang rencana pernikahan, terus hari ini ada yg nanya kapan saya nikah, dan hari ini pula saya baru ngobrol tentang tek tek bengek nikah ala batak. Semuanya berhubungan dengan nikah, tapi yg terakhir lah yg menarik, secara diri ku pun merasa mendapat sebuah pencerahan.
Dalam adat batak ada 2 momen penting yg dibesar-besarkan; pertama pernikahan, kedua kematian. Keduanya berhubungan dengan pesta, yg ujung-ujungnya nunjukin ke sanak saudara dan kerabat, sampai sejauh mana tingkat kesugihan keluarga yg bersangkutan. Berbeda dengen pesta kematian, sebuah pesta pernikahan tidak akan berjalan mulus meninggalkan kesan wah bilamana hanya keluarga yg bersangkutan saja yg sugih, karena ini harus didukung sanak saudara yg sugih juga. Mungkin ini yg membuat bisnis keluarga batak selalu berjalan mulus, karena selalu terjadi pembatakan. Pernah denger Pardedetex? Sebuah bisnis keluarga yg lumayan besar, yg isinya sanak saudara pardede (mungkin? Soalnya nggak punya data otentik, bagus juga nih jadi bahan penelitian). Yg pasti kalo pernah berkunjung ke danau Toba, di situ ada sebuah penginapan mentereng milik raja Pardede sang pemilik Pardedetex itu.
Jadi jangan heran, bila ada seorang batak sukses, terus marga yg bersangkutan akan menjadi besar pula. Misalnya Siregar, yah the fact-nya memang kebanyakan Siregar pada sugih, sama halnya dengan Nasution, Simatupang, Silalahi, Hutagalung, Siahaan, yg menurut kamus eyke boleh lah dikategorikan sebagai nama-nama besar di suku batak. Kalo Tobing sih terkenal ceweknya yg cakep-cakep hehe
Oke lanjut ke pernikahan ala batak, kenapa pernikahan tidak akan berakhir wah bila tidak didukung sanak saudara yg sugih juga? Karena semanjak anda masuk gedung resepsi, anda akan dipisahkan sedemikian rupa menempati lajur undangan dari mempelai perempuan atau mempelai lelaki. Dari situ bakalan terlihat, yg mana yg wah. Bila sebuah lajur dipenuhi oleh undangan dengan pernak pernik emas segede bagong, lajur itulah yg menang. Untung bilamana dua jalur terisi penuh, kalo yg satu sepi ato kumel? Sebuah resepsi pernikahan akan terlihat timpang. Nah, siapapun yg jadi mempelai mungkin akan berpikiran, "Jadi apa arti resepsi pernikahan ini sesungguhnya? Ajang pamer?" Itu kalo pengantinnya masih waras nggak cuman mesem mesem omes mikirin malam pertama doang!
Terus, tahukah bahwa perempuan dibeli oleh lelaki dalam sebuah pernikahan ala batak? Iya bukan dalam arti sebenarnya, karena uang beli tersebut faktanya kebanyakan akan digunakan sebagai ongkos pesta pernikahan. Tapi kebayang nggak? Seandainya calon istri ku berasal dari kalangan kaya, yg otomatis pesta pernikahannya bakalan besar, maka otomatis lagi ini akan memaksa saya membeli calon istri dengan harga yg mahal pula. Padahal tujuan macarin cewe dari keluarga kaya pan pengen kecipratan kayanya, sanes kitu? Terus apesnya lagi, iya apesnya! udah ngeluarin uang beli, ehhh amplop berisi duit dari undangan larinya ke keluarga, bukan ke mempelai. Jadi kumaha atuh ... kawin lari aja yuk! Hehehe
Jadi kebetulan sekali, kemarin itu ada temen yg curhat tentang rencana pernikahan, terus hari ini ada yg nanya kapan saya nikah, dan hari ini pula saya baru ngobrol tentang tek tek bengek nikah ala batak. Semuanya berhubungan dengan nikah, tapi yg terakhir lah yg menarik, secara diri ku pun merasa mendapat sebuah pencerahan.
Dalam adat batak ada 2 momen penting yg dibesar-besarkan; pertama pernikahan, kedua kematian. Keduanya berhubungan dengan pesta, yg ujung-ujungnya nunjukin ke sanak saudara dan kerabat, sampai sejauh mana tingkat kesugihan keluarga yg bersangkutan. Berbeda dengen pesta kematian, sebuah pesta pernikahan tidak akan berjalan mulus meninggalkan kesan wah bilamana hanya keluarga yg bersangkutan saja yg sugih, karena ini harus didukung sanak saudara yg sugih juga. Mungkin ini yg membuat bisnis keluarga batak selalu berjalan mulus, karena selalu terjadi pembatakan. Pernah denger Pardedetex? Sebuah bisnis keluarga yg lumayan besar, yg isinya sanak saudara pardede (mungkin? Soalnya nggak punya data otentik, bagus juga nih jadi bahan penelitian). Yg pasti kalo pernah berkunjung ke danau Toba, di situ ada sebuah penginapan mentereng milik raja Pardede sang pemilik Pardedetex itu.
Jadi jangan heran, bila ada seorang batak sukses, terus marga yg bersangkutan akan menjadi besar pula. Misalnya Siregar, yah the fact-nya memang kebanyakan Siregar pada sugih, sama halnya dengan Nasution, Simatupang, Silalahi, Hutagalung, Siahaan, yg menurut kamus eyke boleh lah dikategorikan sebagai nama-nama besar di suku batak. Kalo Tobing sih terkenal ceweknya yg cakep-cakep hehe
Oke lanjut ke pernikahan ala batak, kenapa pernikahan tidak akan berakhir wah bila tidak didukung sanak saudara yg sugih juga? Karena semanjak anda masuk gedung resepsi, anda akan dipisahkan sedemikian rupa menempati lajur undangan dari mempelai perempuan atau mempelai lelaki. Dari situ bakalan terlihat, yg mana yg wah. Bila sebuah lajur dipenuhi oleh undangan dengan pernak pernik emas segede bagong, lajur itulah yg menang. Untung bilamana dua jalur terisi penuh, kalo yg satu sepi ato kumel? Sebuah resepsi pernikahan akan terlihat timpang. Nah, siapapun yg jadi mempelai mungkin akan berpikiran, "Jadi apa arti resepsi pernikahan ini sesungguhnya? Ajang pamer?" Itu kalo pengantinnya masih waras nggak cuman mesem mesem omes mikirin malam pertama doang!
Terus, tahukah bahwa perempuan dibeli oleh lelaki dalam sebuah pernikahan ala batak? Iya bukan dalam arti sebenarnya, karena uang beli tersebut faktanya kebanyakan akan digunakan sebagai ongkos pesta pernikahan. Tapi kebayang nggak? Seandainya calon istri ku berasal dari kalangan kaya, yg otomatis pesta pernikahannya bakalan besar, maka otomatis lagi ini akan memaksa saya membeli calon istri dengan harga yg mahal pula. Padahal tujuan macarin cewe dari keluarga kaya pan pengen kecipratan kayanya, sanes kitu? Terus apesnya lagi, iya apesnya! udah ngeluarin uang beli, ehhh amplop berisi duit dari undangan larinya ke keluarga, bukan ke mempelai. Jadi kumaha atuh ... kawin lari aja yuk! Hehehe