Aku, Gue, Urang ... Ente?
Enam bulan sudah aku keluyuran di dunia maya ini. Nggak terasa semakin banyak aja nemuin temen2 dari kesamaan ketertarikan terhadap blog, jejaring teman lewat friendster.com dan forum diskusi. Thanks to technology! Kata Adhit, his blog is the ultimate way for wasting your time, asal jgn berubah jadi the ultimate way for yr-daily-life-working saja. Entah dgn mirc, apakah tool yg satu ini masih banyak pengunjungnya? I last time played scramble about 5-6 years ago. asl?, kul/ker?, and so on. Menarik kalo dipikir2, bagaimana sebuah perubahan penomena di dunia internet terjadi dalam kurun waktu satu dekade terakhir ini. Reaksinya hampir sama takala harus melihat foto jaman doeloe dan mulai bergumam, "Dulu, tampang gue kok awut2an begini yah". Lah iya lah, mo gimana nggak awut2an, lawong trend-nya emang punk-rock-metal-thrash tea! Enda yg lebih handal ngupas tentang penomena ini, mendingan aku ngebahas yg lain saja.
Nah penomena menarik muncul ketika aku dipertemukan dgn teman lama yg sudah lama nggak ketemuan, atau temen baru yg nggak tahu menahu di dunia nyatanya seperti apa. Ide postingan ini muncul kemarin, setelah chatting dgn seseorang lewat YM yg mempertanyakan konsistensi penggunaan kata ganti orang. Lihat lagi paragraf pertama, yg di-bold, aku dan gue sebagai kata ganti org pertama serasa tidak konsisten hadir silih barganti. Dan ketidakkonsisten-an ini muncul juga di beberapa postingan dan komentar yg lalu2. From my side, kenapa kata ganti tersebut berubah2? Karena aku sesuaikan dengan konteks kalimat. Atau bilamana ngasih komentar, tergantung siapa yg aku komentari. Hampir sama dgn dunia nyata kan? kadang make aku kamu, lo gue, kadang make maneh urang, ente ane, dan kadang make jij ik atau anata watashi. Bedanya! Untuk posting-an, gimana bisa mengikuti ketersesuaian orang per orang.
Seorang temen ngetik, "Sejak kapan ente make lo lo gue gue, perasaan dulu biasanya pake maneh urang."
"Siapa?", jawab ku.
"Elo, siapa lagi", selanya.
"Watashi", spontan.
"Ngomong apaan sih?", rasanya makin sewot.
"Saya", jawab ku berteka-teki.
"Wuah makin nggak nyambung aja", sepertinya kesel.
"Hahaha saya urang watashi", ngetik sambil senyum2 sendiri.
" :p ", hmmm dapet reply-an titik dua diikuti p
"Sejak kapan, elo julurin lidah kalo ngomong sama gue?", tanya ku.
... tek ... tek ... tek ... prit! three second foul. Lumayan lama nunggu reply-an balik, akhirnya keluar lambang titik-dua-kurung-tutup, "Nah lambang itu lebih baik lah. Ente lagi senyum kan?", sela ku.
"Nggak, lagi ngetik. Nggak bisa jelasin dgn kata2, lambang :p artinya apa. Tapi bisa dirasakan. You know lah", polos.
"Aturrrrr", runyam.
Kesimpulannya, temen yg biasanya nyambung di dunia nyata, bisa nggak asik di dunia maya. Sebaliknya temen yg asik di dunia maya, bisa nggak asik di dunia nyata (katanyaaaa). Where are we living anyway:)?
Nah penomena menarik muncul ketika aku dipertemukan dgn teman lama yg sudah lama nggak ketemuan, atau temen baru yg nggak tahu menahu di dunia nyatanya seperti apa. Ide postingan ini muncul kemarin, setelah chatting dgn seseorang lewat YM yg mempertanyakan konsistensi penggunaan kata ganti orang. Lihat lagi paragraf pertama, yg di-bold, aku dan gue sebagai kata ganti org pertama serasa tidak konsisten hadir silih barganti. Dan ketidakkonsisten-an ini muncul juga di beberapa postingan dan komentar yg lalu2. From my side, kenapa kata ganti tersebut berubah2? Karena aku sesuaikan dengan konteks kalimat. Atau bilamana ngasih komentar, tergantung siapa yg aku komentari. Hampir sama dgn dunia nyata kan? kadang make aku kamu, lo gue, kadang make maneh urang, ente ane, dan kadang make jij ik atau anata watashi. Bedanya! Untuk posting-an, gimana bisa mengikuti ketersesuaian orang per orang.
Seorang temen ngetik, "Sejak kapan ente make lo lo gue gue, perasaan dulu biasanya pake maneh urang."
"Siapa?", jawab ku.
"Elo, siapa lagi", selanya.
"Watashi", spontan.
"Ngomong apaan sih?", rasanya makin sewot.
"Saya", jawab ku berteka-teki.
"Wuah makin nggak nyambung aja", sepertinya kesel.
"Hahaha saya urang watashi", ngetik sambil senyum2 sendiri.
" :p ", hmmm dapet reply-an titik dua diikuti p
"Sejak kapan, elo julurin lidah kalo ngomong sama gue?", tanya ku.
... tek ... tek ... tek ... prit! three second foul. Lumayan lama nunggu reply-an balik, akhirnya keluar lambang titik-dua-kurung-tutup, "Nah lambang itu lebih baik lah. Ente lagi senyum kan?", sela ku.
"Nggak, lagi ngetik. Nggak bisa jelasin dgn kata2, lambang :p artinya apa. Tapi bisa dirasakan. You know lah", polos.
"Aturrrrr", runyam.
Kesimpulannya, temen yg biasanya nyambung di dunia nyata, bisa nggak asik di dunia maya. Sebaliknya temen yg asik di dunia maya, bisa nggak asik di dunia nyata (katanyaaaa). Where are we living anyway:)?